
Para penyintas kanker payudara HER2-positif yang tergabung Cancer Information and Support Center (CISC) menyelenggarakan edukasi media virtual dan forum komunitas bertajuk Akses Penanganan Kanker Payudara HER2+ Stadium Dini: Tantangan dan Harapan. Kegiatan ini dilakukan sebagai peringatan Hari Kanker Sedunia serta untuk berbagi pengalaman dan informasi terkait penanganan kanker payudara HER2-positif stadium dini, para penyintas menyuarakan harapannya tersedianya akses pengobatan kanker tersebut dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang komprehensif sesuai standar pengobatan.
Pasien kanker payudara HER2-positif yang tergabung dalam CISC menyatakan apresiasi nya atas layanan BPJS dalam membantu pasien dan penyintas kanker payudara HER2-positif dan berharap agar kedepannya akses pengobatan kanker payudara HER2-positif stadium dini dapat disediakan oleh pemerintah secara komprehensif.
“Kami berharap ada pemerataan akses pengobatan kanker payudara HER2-positif, baik untuk stadium dini maupun stadium metastasis. Saat ini para pasien dan penyintas kanker payudara sangat terbantu dengan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup terapi inovatif untuk kanker payudara HER2-positif stadium lanjut. Alangkah baiknya pasien kanker payudara HER2-positif stadium dini juga memiliki akses yang sama terhadap pengobatan inovatif dan komprehensif dalam JKN,” demikian disampaikan Aryanthi Baramuli Putri, SH., Ketua Umum CISC.
Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2020 dari WHO, kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 65.858 kasus setara dengan 16,6% dari total 396.914 kasus kanker. Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyatakan besaran angka kanker untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Sekitar 1 dari 51 pasien kanker payudara di Indonesia memiliki jenis HER2-positif (Human Epidermal Growth Factor Receptor), yang merupakan salah satu jenis kanker payudara yang agresif.
“Saat ini salah satu terapi yang terbukti efektif pada kanker payudara HER2-positif stadium dini adalah pemberian terapi target dengan trastuzumab dan kemoterapi yang terbukti dapat meningkatkan angka kesintasan dan menurunkan risiko kekambuhan pasien. Apabila dilakukan, angka kekambuhan dapat berkurang dibandingkan pemberian kemoterapi saja. Dengan pengobatan yang optimal pada stadium dini, hal ini berpotensi untuk meringankan beban bagi pasien atau keluarga pasien, dan sistem kesehatan. Kehadiran JKN telah mempermudah akses terhadap diagnosis, namun perlu juga diikuti penanganan kanker payudara HER2-positif yang komprehensif untuk meningkatkan luaran klinis terapi.” ungkap dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B(K)Onk., M.Epid., MARS, Spesialis Bedah Onkologi.
Dari beberapa penelitian, terlihat bahwa penanganan kanker payudara sejak stadium dini dengan tepat dan komprehensif berpotensi meringankan beban bagi pasien dan sistem kesehatan, dimana biaya total penanganan kanker payudara pada stadium II, III, dan IV adalah 32%, 95%, dan 109% lebih tinggi dibandingkan stadium I.
Dr. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA, MKes Apt., seorang ahli ekonomi kesehatan dan juga seorang dosen senior di FK-KMK UGM menyatakan, “Kesehatan masyarakat perlu dilihat sebagai sebuah investasi, bukan sebagai cost (biaya). Selain deteksi dini, pemberian akses terhadap terapi yang optimal pada kanker payudara sejak stadium dini merupakan salah satu prinsip pencegahan agar penyakit tidak bermetastasis dan tidak mengalami perburukan. Saat ini di Indonesia penanganan kanker payudara di stadium dini untuk kemoterapi dan terapi endokrin sudah tercakup oleh BPJS. Dengan perkembangan teknologi yang pesat terutama dalam terapi kanker seperti halnya terapi target Anti-HER2 memberikan harapan lebih baik dalam keberhasilan terapi, yang tentu berdampak positif terhadap luaran sosial ekonomi. Hal ini memerlukan pertimbangan ekonomi kesehatan dalam penentuan cakupan manfaat dalam jaminan kesehatan. Sebuah telaah sistematis menunjukkan bahwa terapi pada kanker payudara stadium dini dengan trastuzumab cost-effective di China, Jepang, Singapura, dan Taiwan, artinya di negara tersebut setelah dilakukan evaluasi ekonomi diputuskan sebagai terapi pilihan. Di negara lain, seperti Thailand, pemberian trastuzumab dengan kombinasi kemoterapi juga dinilai cost-effective dibandingkan dengan kemoterapi saja pada kanker payudara stadium dini dan telah masuk dalam paket manfaat jaminan kesehatan nasional sejak tahun 2014.”
Nova Dhelia, S.Psi berbagi pengalamannya terkait manfaat dari terapi target anti-HER2 pada kanker payudaranya yang mulai ada perkembangan pada dirinya. Sebagai penyintas kanker payudara anggota CISC yang memasuki stadium metastatik dan menggunakan terapi trastuzumab berharap kepada pasien kanker payudara HER2 stadium dini dapat merasakan manfaatnya di sistem JKN.
“Saya pribadi sangat merasakan manfaat dari terapi target anti-HER2 pada kanker payudara saya yang kebetulan adalah tipe triple positive atau HER2-positif. Sejak tahun 2015 saya sudah menjalani kemoterapi, dan sejak November 2020 lalu saya memulai terapi target trastuzumab. Sekarang sudah berjalan 5 kali, dan melihat perkembangan pada diri saya sendiri, saya berharap
pasien kanker payudara HER2 stadium dini dapat merasakan manfaatnya di sistem JKN,” ungkap Nova Dhelia, S.Psi., seorang penyintas kanker payudara anggota CISC, yang saat ini sudah masuk stadium metastatik dan menggunakan terapi trastuzumab.