Moms tentu sudah akrab dengan Buku KIA, buku Kesehatan Ibu dan Anak. Di buku ini ada catatan tentang kesehatan Moms, mulai dari saat hamil, bersalin hingga nifas. Begitu juga dengan riwayat kesehatan si kecil dari lahir hingga nanti ia berusia 6 tahun.
Bukan sekadar berisi catatan, Buku KIA juga berisi beragam informasi tentang cara memelihara dan merawat kesehatan Moms dan si kecil. Buku wajib buat Moms ini biasanya didapat dari berbagai fasilitas kesehatan, mulai dari Posyandu, Polindes/Poskedes, Puskesmas, bidan praktik, dokter praktik, rumah bersalin hingga rumah sakit.
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi manfaat penggunaan buku ini. Hasil riset pada 2007-2009 menunjukkan, Buku KIA membantu Moms meningkatkan pengetahuan selama masa kehamilan, menjaga kesehatan dan pekembangan si kecil. Terutama sejak Kementerian Kesehatan mengeluarkan regulasi agar buku ini menjadi satu-satunya alat pencatat yang harus digunakan untuk mencatat data kesehatan ibu dan anak.
“Tanpa Buku KIA, tenaga medis hanya dapat memberikan pemantauan terhadap layanan yang dilakukan di fasilitas mereka saja dan akhirnya sang ibu terpaksa memiliki berbagai macam jenis catatan data kesehatan anak. Sedangkan dengan menggunakan Buku KIA, ibu akan lebih yakin dan memiliki kontrol terhadap perkembangan perawatan anaknya sendiri,” tutur Osaki Keiko, senior advisor bidang kesehatan Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia dalam Media Gathering Empowering Indonesian Mothers through Maternal & Child Health Handbook.
JICA telah bekerjasama dengan negara kita di bidang kesehatan dan keluarga berencana sejak tahun 1960-an. Pada 1994, JICA mulai memfasilitasi pembuatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dengan membuat proyek percontohan di Salatiga. Buku panduan ini diperlukan karena saat itu ada banyak bentuk catatan kesehatan yang rentan hilang atau tercecer.
Sejak 2007, pemerintah kita mengadakan Program Pelatihan Negara Ketiga untuk buku kesehatan ibu dan anak, yang juga bekerja sama dengan JICA. Kini, program pelatihan tersebut telah memasuki tahap II, dan pelatihan terbaru telah diadakan pada 2015 di Jakarta. Pesertanya adalah perwakilan dari Afghanistan, Kenya, Laos, Myanmar, Uganda dan Vietnam. Selama pelatihan, mereka mengunjungi Jakarta dan Tangerang Selatan untuk melakukan observasi pada penggunaan Buku KIA di tempat-tempat kesehatan umum dan rumah sakit swasta.
Pada 25 September 2015, negara-negara di dunia sepakat untuk membuat program yang dapat mengakhiri kemiskinan, melindungi bumi dan menjamin kemakmuran bagi semua orang. Mengurangi rasio kematian ibu dan anak secara global hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, juga menjadi salah satu tujuan. Metoda pencatatan Buku KIA dianggap cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Bangga ya, Moms. (Aurel/MN)