Moms & Dads tentu ingin si kecil selalu bahagia, aman terlindung dari beragam gangguan. Tak sedikit juga orangtua yang berusaha agar anak-anaknya tidak mengalami stress. Jangan salah Moms & Dads, stress bermanfaat buat tumbuh kembang si kecil.
William S. Budiman, psikolog yang mendalami Positive Psychology dan Hypnotherapy, menjelaskan, stress membuat hidup kita lebih bermakna dan biasanya momen yang berkesan adalah stressful moment.
Ini dia beberapa manfaat stress buat si kecil:
- Membuat anak lebih tahan banting. Fenomena saat ini, anak-anak kurang tahan banting karena orangtua terlalu melindunginya dari stress.
- Memicu anak untuk lebih kreatif dalam mencari solusi.
- Emotional Quotient atau EQ lebih berkembang. EQ yang lebih baik akan menunjang kesuksesan si kecil di masa depan.
“EQ menjadi predictor kesuksesan orang di masa depan. Saya pernah meneliti, anak sulung biasanya memiliki EQ tinggi karena ia sering disuruh mengalah, memiliki banyak tugas di rumah dan banyak lagi. Sebaliknya, anak bungsu yang serba dilindungi dan tidak memiliki kesempatan untuk stress lebih banyak, cenderung EQ-nya rendah,” tutur William, yang juga founder Aethra Learning Center, yang aktif mempromosikan Positive Psychology di berbagai komunitas dan event.
Dalam 1st Arisan Orami: Managing Your Kid’s Stress with Art Therapy, William menekankan, walaupun stress bermanfaat, tapi bukan berarti orangtua perlu sengaja membuat anaknya stress. “Jangan terlalu melindungi anak dari stress agar ia bisa berkembang dan menjadi orang yang mandiri. Tapi juga jangan pernah sengaja membuat si kecil stress,” saran penulis Manusia Apa Robot? ini.
Banyak hal yang bisa membuat si kecil stress, bahkan sejak usia batita. Moms & Dads perlu mengetahui dan mengenalinya agar dapat mengendalikan tekanan yang dirasakan si kecil. Tiga penyebab utama stress, menurut William Budiman adalah perubahan, ancaman dan sesuatu yang tidak bisa dikontrol.
“Perubahan misalnya ketika ia mulai masuk playgroup. Tiba-tiba ia harus berhadapan dengan guru, aturan baru dan lainnya. Ancaman misalnya, ada adik baru atau teman sekolah yang galak. Dia juga bisa tertekan saat harus mengerjakan sesuatu yang tidak dia suka. Tapi memang tidak semua anak menunjukkan gejala stress,” ujar William.
Dengan mengetahui tiga faktor penyebab stress, Moms & Dads bisa memahami si kecil tengah memasuki faktor penyebab stress yang mana. Orangtua juga akan mampu memprediksi apakah si kecil akan stress atau tidak dan mengantisipasi sebelum tekanannya bertambah besar. Kenali juga gejala stress, seperti perubahan sikap, perubahan minat, keluhan fisik, dan sulit fokus.
“Ketika anak stress, jangan hadapi dengan sikap marah. Jangan menimbulkan stress baru pada anak,” ujar William.