Moms & Dads, di bulan Ramadhan ini setiap muslim pasti ingin menjalankan ibadah puasa dengan baik. Tak terkecuali para pengidap diabetes mellitus (DM) dengan terapi insulin. Sayangnya, tanpa penanganan yang baik, berpuasa malah meningkatkan risiko hipoglikemia atau kadar gula darah terlalu rendah pada mereka. Hipoglikemia bukan sekadar mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga membahayakan jiwa.
Sekretaris Jendral Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), dr. Em Yunir, SpPD, KEMD mengungkap, dari sekitar 14 juta pasien DM di negara kita, 50% di antaranya adalah muslim yang memilih berpuasa. Tapi hanya sedikit yang rutin berkonsultasi dengan dokter dan disiplin mengecek serta mengendalikan kadar gula darah selama berpuasa.
“Rata-rata mereka mengatur sendiri dosis obat maupun insulin tanpa konsultasi dengan dokter. Faktor kambuh juga akan lebih besar karena kekurangan karbohidrat dan cairan,” ujarnya di event Upaya Bersama Novo Nordisk, PERKENI, dan Kemenkes Tingkatkan Kesadaran akan Mengelola Diabetes Selama Berpuasa, di Jakarta Pusat, 30 Mei 2018.
Pernyataan ini sesuai dengan hasil studi Novo Nordisk Indonesia bersama spesialis endokrinologis ternama,yang menggunakan International Operations Hypoglycemia Assessment Tool (IO HAT). Studi yang dilakukan pada 347 pasien DM tipe 1 dan 2 dengan terapi insulin di Indonesia ini, bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan, kontrol, dan komplikasi diabetes dalam periode tertentu. Secara garis besar, banyak pasien yang belum memahami risiko akibat hipoglikemia selama bulan suci Ramadhan.
“Sekitar 36,4% pasien tidak tahu tentang risiko hipoglikemia dan 99,4% pasien alami minimal satu kali hipoglikemia setiap empat minggu,” papar Dr. Fahad Jameel – Clinical, Medical, Regulatory and Quality Director Novo Nordisk Indonesia. Novo Nordisk adalah perusahaan perawatan kesehatan global yang berpusat di Denmark, dengan pengalaman lebih dari 95 tahun dalam hal diabetes.
Menurut dr. Em Yunir, ada empat kategori risiko pasien DM. Kategori pertama, risiko sangat rendah yang gula darahnya dapat dikendalikan hanya lewat diet atau obat. Kategori kedua, risiko sedang dengan gula darah terkontrol baik oleh terapi insulin. Ketiga, risiko sangat tinggi dan keempat, risiko sangat sangat tinggi dengan riwayat hipoglikemia berat 3 bulan sebelumnya. Keempat kategori ini hanya dapat ditentukan oleh dokter yang menangani pasien lewat pemeriksaan laboratorium dan konsultasi.
Selain hipoglikemia, yang gejala awalnya berupa gemetar, berkeringat dingin dan mata berkunang-kunang, pasien DM yang berpuasa lebih berisiko mengalami:
- Hiperglikemia atau kadar gula darah terlalu tinggi akibat penambahan jumlah makanan saat berbuka
- Ketoasidosis, kadar ketone dan gula darah meningkat berlebihan sehingga darah menjadi asam
- Dehidras karena kekurangan cairan
- Trombosis atau penyumbatan pembuluh darah karena kekentalan darah meningkat.
Agar terhindar dari hipoglikemia dan risiko lainnya, pasien diabetes sebaiknya melakukan pengaturan makan berikut selama Ramadhan:
- Tidak berubah drastis
- Perbanyak minum air putih di malam hari dan saat sahur. Hindari minuman bergula
- Sahur mendekati imsak
- Saat sahur utamakan mengonsumsi karbohidrat kompleks dan hindari karbohidrat simple.
- Saat berbuka, perbanyak karbohidrat simple dan hindari banyak karbohidrat komplek dan lemak.
- Jangan makan berlebih saat berbuka
- Pola makan sehat dan gizi seimbang
- Hindari makanan siap saji, gorengan dan makanan bergula
- Ingat jumlah kalori dalam setiap jenis makanan dan perhitungkan kandungan kalori dari setiap makanan yang diambil
- Taati jumlah, jenis dan jadwal (3J)
- Ingat jumlah perhitungan kalori per hari, disesuaikan tinggi dan berat badan.
Disarankan untuk lebih sering memeriksa kadar gula darah. Waktu yang dianjurkan: sebelum berbuka,dua jam setelah berbuka, sebelum tidur, sebelum sahur, tengah hari dan sesuai kebutuhan. Batalkan puasa bila gula darah < 60 mg/dl atau < 70 mg/dl beberapa jam setelah sahur. Batalkan juga bila kadar gula darah sangat tinggi, > 300 mg/dl.
Kepala Seksi Gangguan Metabolik Direktorat P2PTM, Kemenkes RI, dr. Sylviana Andinisari, M.Sc., menambahkan, diabetes mellitus termasuk penyakit tidak menular (PTM) yang ditargetkan angka kematian dininya menurun hingga 30% pada 2030. Ia mengingatkan agar Moms & Dads sekeluarga mencegah kejadian DM dengan menerapkan CERDIK.