Tekanan darah tinggi atau hipertensi masih menjadi silent killer yang sangat mengkuatirkan, Moms & Dads. Komplikasinya adalah beragam penyakit mematikan, seperti stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal. Itu sebabnya Indonesian Society of Hypertension atau InaSH mengkampanyekan CERAMAH: cek tekanan darah di rumah, selain menganjurkan kita untuk rutin mengukur tekanan darah di klinik.
“CERAMAH perlu untuk mengetahui variabilitas tekanan darah. Variabilitas tinggi berarti risiko komplikasi juga lebih tinggi dibanding pasien dengan rerata tekanan darah yang sama,” tutur Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, Ketua InaSH dalam jumpa pers 12th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension, di Kantor InaSH, kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, 22 Februari.
Selain untuk mengetahui variabilitas, pengukuran tekanan darah di rumah juga dianggap lebih akurat. Moms & Dads akan terhindar dari white-coat hypertension, kondisi hasil pengukuran menjadi lebih tinggi di klinik atau ruang kerja dokter karena faktor lingkungan.
“Sayang sekali bila orang dengan tekanan darah normal didiagnosa hipertensi, dan harus minum obat seumur hidup gara-gara white-coat hypertension,” ujar Dr. Yuda. Ia menambahkan, yang terbaik adalah lakukan CERAMAH dan cek di klinik dengan membawa data hasil CERAMAH.
Mengukur tekanan darah di rumah juga tidak bisa sembarangan, Moms & Dads. Selain diperlukan alat khusus yang tervalidasi, dibutuhkan metoda dan kondisi tertentu agar hasilnya akurat. Berikut cara pengukuran tekanan darah di rumah untuk orang Asia, yang dirumuskan oleh para ahli di Seoul, Korea Selatan, pada 24 September 2016:
- Dalam posisi duduk setelah relaks selama 2 menit
- Mengenakan busana yang ringan
- Lakukan minimal dua kali pengukuran dengan interval waktu minimal 1 menit. Lakukan dua kali sehari, paling tidak selama tiga hari. Lebih baik dilakukan selama 7 hari.
- Waktu pengukuran di pagi hari: satu jam setelah bangun, setelah buang air kecil, sebelum sarapan dan meminum obat.
- Waktu pengukuran di malam hari: menjelang tidur.
Dr. Yuda menambahkan, sebaiknya tidak minum kopi sebelum pengukuran dan waktu pengukuran di pagi hari dianggap paling akurat. Hipertensi sendiri ditandai dengan rerata hasil pengukuran ≥ 135/85 mmHg. Untuk pemilihan alat, Dr. Yuda lebih merekomendasikan alat ukur tekanan darah tervalidasi yang digunakan di brachial atau lengan atas.
“Sekarang umumnya di rumah pakai alat ukur tekanan darah digital. Boleh saja, asal tervalidasi dengan manset sesuai ukuran lengan, daya baterai baik serta cara pengukuran tepat,” ujarnya.
Selain mengkampanyekan CERAMAH, 12th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension mengangkat tema The Neverending Battle Against Hypertension and It’s Complications. Event ini berlangsung pada 23-24 Februari 2018, di Sheraton Hotel, Gandaria City, Jakarta Selatan, dengan 1200 peserta.
“Peserta terdiri dari para dokter yang tergabung dalam beberapa organisasi profesi dan akan membahas tentang isu serta metoda terkini penanganan hipertensi dan komplikasinya,” ujar dr. Rossana Barack, SpJP, FIHA, Ketua 12th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension.