Kemampuan matematika seorang anak ternyata ada kaitannya dengan asupan zat besi di periode emas. Si kecil hampir bisa dipastikan jago matematika bila ia mendapatkan asupan mineral yang satu ini dalam jumlah memadai. Di usia 0 hingga 5 bulan, asupannya masih tercukupi dengan ASI ekslusif. Tapi setelah itu, ia harus mengonsumsi makanan pendamping ASI atau MPASI yang kaya zat besi untuk memenuhi kebutuhan.
Zat besi diperlukan tubuh untuk memproduksi hemoglobin, si pengikat oksigen dalam sel darah merah. Tanpa oksigen yang cukup di dalam darah, tumbuh kembang anak akan terhambat, termasuk pertumbuhan sistem saraf pusat. Akibatnya, si kecil mengalami kesulitan belajar terutama yang berkaitan dengan logika seperti matematika.
“Pada jangka panjang, anak yang kekurangan zat besi setelah dewasa IQ-nya turun sekitar 10-15 poin. Sebuah penelitian di Afrika menunjukkan, anak yang defisiensi zat besi hanya mampu mengikuti pelajaran hingga tingkat SMP. Kalau sudah begini, setelah dewasa ia tidak bisa mendapat pekerjaan yang layak,” ungkap Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA (K), dokter spesialis anak, sub spesialisasi nutrisi dan penyakit metabolik.
Dalam talkshow Hari Anak Nasional bersama Philips AVENT, ia mengungkap bahwa di negara kita angka anak kekurangan zat besi masih tinggi dan Indonesia berada di urutan ke-64 dari 65 negara untuk urusan kemampuan matematika. Padahal tiga peringkat teratasnya diduduki oleh sesama negara ASIA, yaitu Cina, Singapura, dan Hong Kong.
Kandungan zat besi ASI memang terus menurun seiring pertambahan usia anak. Di usia 9 bulan kadarnya bahkan sudah 100% hilang. Itu sebabnya perlu makanan dengan kandungan zat besi tinggi dalam MPASI pertama di usia 6 bulan. Di usia ini, ia membutuhkan asupan zat besi sekitar 11 mg. Kebutuhan kemudian menurun hingga 7 mg di usia 1-3 tahun.
Tidak disarankan untuk langsung memberikan suplemen atau tablet zat besi pada anak, Moms. Pilihlah sumber iron dari berbagai bahan alami, baik hewani maupun nabati atau yang terfortifikasi dan sudah disahkan BPOM. Untuk si kecil, sumber iron hewani lebih diutamakan karena kandungannya jauh lebih tinggi dibanding sumber nabati. Selain itu, sumber nabati seperti sayuran hijau, buah dan kacang-kacangan memiliki serat yang malah bisa menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh.
“Sumber zat besi hewani dapat diserap sebanyak 23% oleh tubuh anak, sedangkan dari nabati hanya sekitar 3-5%. Untuk sumber hewani, hati ayam memiliki kandungan zat besi lebih tinggi dibanding daging, telur dan ikan,” ujar Dr. Damayanti.
Tapi bukan berarti Moms tidak bisa memberikan makanan sumber zat besi nabati pada si kecil. Pakar dari RSCM ini memberi tips agar kandungan zat besi nabati juga bisa diserap tubuh. “Caranya, sayuran direndam dulu lalu direbus agar seratnya turun. Sayuran jangan diberikan sendiri, tapi dicampur daging sekitar 30-90 gram dan ditambah sumber vitamin C, seperti air jeruk dan tomat kira-kira 25-75 gram. Untuk sayur plus daging 90 gram ditambah vitamin C 75 gram, penyerapannya sama dengan daging murni,” paparnya.
Selamat mencoba Moms, dan jadikan si kecil tumbuh sehat, cerdas, plus jago matematika.