Moms & Dads, memperingati Hari Kanker Anak Sedunia, 15 Februari, Kementerian Kesehatan RI kembali mengingatkan pentingnya deteksi kanker dini agar peluang sembuh lebih besar. Selain itu, tahun ini pesan kunci peringatan Hari Kanker Anak Indonesia adalah akses pelayanan yang lebih baik untuk anak dan remaja dengan kanker di mana saja.
“Di Indonesia, sekitar 2% dari kasus kanker adalah kasus kanker pada anak. Menurut data SriKanDi atau Sistem Registrasi Kanker di Indonesia, angka kejadian kanker pada usia 0-5 tahun adalah 18 per 100 ribu anak,” tutur dr. Lily S. Sulistyowati, MM – Direktur P2PTM, Kemenkes RI saat memperingati Hari Kanker Anak, 20 Februari di Gedung D, Direktorat P2PTM, Jakarta Pusat.
Ada 6 jenis kanker yang paling sering menyerang anak Indonesia, yaitu Leukemia, Retinoblastoma, Osteosarkoma, Neuroblastoma, Limfoma maligna, Karsinoma nasofaring. Leukemia berada di urutan teratas, disusul Retinoblastoma. Apa penyebabnya? Menurut dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A (K), hingga kini belum diketahui, kecuali Retinoblastoma yang disebabkan faktor genetik.
“Penyebab kanker pada anak diduga karena interaksi empat faktor: genetik, virus, radiasi dan kimia. Kanker pada anak juga tidak bisa dicegah. Tapi bukan berarti orangtua tak perlu membiasakan pola hidup sehat. Pola hidup sehat berguna untuk mencegah penyakit-penyakit di masa depan,” papar dr. Edi.
Retinoblastoma atau kanker bola mata, menurut dr. Edi, sudah dipastikan karena faktor genetik. Jadi Moms & Dads perlu segera memeriksakan si kecil bila ada riwayat keluarga yang mengidap kanker bola mata. Jenis kanker yang satu ini juga termasuk yang paling mudah dideteksi dengan gejala berupa manik mata berwarna putih, mata kucing, juling, kemerahan, perbesaran bola mata, peradangan jaringan bola mata dan penglihatan buram.
“Retinoblastoma biasanya muncul di bawah usia 5 tahun. Bila anak sudah berusia 5 tahun dan tidak terdeteksi Retinoblastoma, berarti ia terbebas dari penyakit ini. Sekarang di Puskesmas pun sudah bisa mendeteksi Retinoblastoma dengan alat opthalmoscop,” tutur dr. Edi, yang banyak menangani pasien Retinoblastoma.
Salah satu pasien yang telah menjadi survivor Retinoblastoma adalah Siti Julia. Gadis asal Purwakarta ini didiagnosis menderita kanker bola mata pada usia 4 tahun. Sekarang ia telah berusia 15 tahun dan menjadi juara kelas.
“Saya pernah nyaris menyerah dan putus asa di usia 9 tahun. Tapi kemudian banyak yang menyemangati dan akhirnya mata kananku dipasang protesa pada 1 Februari 2012, pas di hari ulang tahun. Itu kado terindah buatku,” tutur Julia, yang ingin menjadi artis ini.
Dr. Edi mengungkap, Julia termasuk pasien dengan deteksi kanker cukup cepat sehingga ia hanya perlu menjalani operasi pengangkatan bola mata dan bisa dipasang protesa atau bola mata palsu. Banyak pasien yang terpaksa harus menjalani operasi pengangkatan kelopak mata juga sehingga tidak bisa dipasang protesa. “Kami ingin, dengan deteksi kanker dini kami tidak hanya bisa menyelamatkan nyawa tetapi juga mata dan penglihatan anak,” ujar dr. Edi.