Mom & Dad, Indonesia Hygiene Forum bersama PT Unilever Indonesia Tbk kembali menggelar diskusi interaktif sebagai wadah komunikasi dan kolaborasi bagi seluruh pihak yang terkait di bidang kesehatan dan higienitas. Acara diskusi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya higienitas melalui pendekatan edukasi dan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini jg bekerjasama dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), IHF menyoroti langkah pencegahan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang masih dihadapi industri rumah sakit di Indonesia, yaitu penyebaran infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc. Selaku Division Head for Health & wellbeing and Professional Intitusions Yayasan Unilever Indonesia menuturkan, “Unilever sudah lama menjalin kerjasama dengan PERSI dalam mencermati berbagai isu kesehatan yang ada di tengah masyarakat. Hal ini ada salah satu komitmen Unilever Sustainable Living Plan untuk meningkatkan kesehatan 1 milyar masyarakat di dunia pada tahun 2020. Salah satu isu yang menurut kami perlu mendapatkan perhatian bersama adalah penyebaran infeksi yang saat ini masih marak terjadi di rumah sakit di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai institusi pelayanan kesehatan, rumah sakit memang sangat rentan dengan penularan bakteri-bakteri penyakit, dan lingkungan rumah sakit yang tidak bersih dapat menambah resiko penyebaran infeksi. Oleh karena itu, Unilever bersama Indonesia Hygiene Forum dan PERSI menggelar diskusi hari ini untuk mengangkat pentingnya menjaga kebersihan seluruh permukaan baik itu fasilitas, ruangan maupun lingkungan rumah sakit sebagai perlindungan terhadap pasien, tenaga kesehatan, serta pengunjung dari bahaya infeksi.”
Direktur Kesehatan Lingkungan, Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dr. Imran Agus Nurali, SpKO. yang diwakili oleh Dra. Cucu Cakrawati Kosim, M.Kes. selaku Kepala Sub Direktorat Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan, Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengapresiasi tujuan dari diskusi ini karena di Indonesia angka kejadian infeksi di rumah sakit masih terbilang cukup tinggi. Dengan semakin melonjaknya jumlah pasien dan pengunjung rumah sakit, risiko penyebaran infeksi ini pun semakin menjadi tantangan besar bagi para pengelola rumah sakit. Oleh karenanya, beliau menekankan bahwa upaya mengantisipasi penyebaran infeksi sebagai bagian penting dari peningkatan standar pelayanan rumah sakit harus terus dilaksanakan dan dimonitor, sesuai dengan Standard Operational Procedure yang berlaku.
Diskusi ini menghadirkan pembicara yang mewakili dari berbagai pemegang kepentingan di industri rumah sakit. Salah satunya adalah dr. Anis Karuniawati, SpMK., Ph.D selaku Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinis yang berpengalaman dalam bidang pengendalian dan pencegahan infeksi serta pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit. “Riset membuktikan bahwa lingkungan rumah sakit yang tidak higienis berpotensi menjadi sumber infeksi. Awalnya, bakteri pada tubuh pasien menempel pada permukaan sekitar pasien. Bakteri ini lalu hidup dan bertahan pada permukaan, lalu mengkontaminasi benda dan orang atau pasien lain. Bakteri lalu berpindah dari satu orang ke orang lainnya, sehingga bakteri dari pasien rawat sebelumnya akhirnya menjangkiti pasien rawat berikutnya. Oleh karena ini, higienitas menjadi sangat penting karena semakin rendah jumlah bakteri dalam lingkungan, semakin rendah pula risiko terjadi infeksi,” terang dr. Anis.
Beliau kemudian juga menambahkan bahwa penyebaran infeksi melalui permukaan benda hidup (tangan) dapat diinterupsi melalui perilaku mencuci tangan dengan sabun (hand hygiene) atau tindakan antisepti lainnya. Sementara, penyebaran melalui benda mati harus diinterupsi melalui pembersihan, disinfeksi, dan/atau sterilisasi. Menurutnya, pemilihan disinfektan dan metode disinfeksi sepatutnya mempertimbangkan beberapa hal, seperti: sifat benda yang akan mendapatkan tindakan disinfeksi, jumlah mikroba pada permukaan, resistensi mikroba terhadap efektivitas disinfektan, jumlah kotoran yang terkandung pada permukaan, tipe dan konsentrat disinfektan yang digunakan, serta suhu dan waktu kontak dengan disinfektan.
Ketua PERSI, dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes. menyatakan, “Rumah sakit wajib melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi yang terintegrasi, terprogram, dan terpantau. Contohnya dengan membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien melalui cuci tangan dan penggunaan sarung tangan, melakukan disinfeksi untuk mengontrol risiko penularan dari lingkungan, serta memastikan kebersihan lingkungan rumah sakit dan seluruh permukaan fasilitas rumah sakit, termasuk lantai.”
Dengan saling berbagi wawasan guna mencari solusi yang paling efektif untuk mencegah dan menekan angka kejadian penyebaran infeksi di rumah sakit, diharapkan Indonesian Hygiene Forum dapat memfasilitasi terciptanya lingkungan rumah sakit yang lebih bersih dan higienis menuju masyarakat sehat.