Si kecil sering bersin, hidung berair, perut kembung, diare atau gatal-gatal? Bisa jadi dia mengalami alergi. Ayo kenali faktor pemicu alergi atau allergen pada si kecil di World Allergy Week, 2-8 April ini.
Pencetus alergi terbagi dalam dua kategori utama, yaitu makanan dan hirupan.
- Faktor pemicu alergi makanan, contohnya : susu sapi, kacang kedelai, kacang tanah, tree nuts atau kacang pohong seperti kenari, almond, dan kacang mede, berbagai jenis ikan, seafood, gandum dan telur.
- Faktor pemicu alergi hirupan, contohnya: tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoak, serpihan kulit atau bulu binatang dan jamur kapang.
Bila si kecil telah terdiagnosa alergi terhadap makanan tertentu, menurut Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., SpA (K), M. Kes., tidak ada jalan lain untuk mengendalikannya kecuali menghindari makanan tersebut. Telur dan protein susu sapi menjadi allergen terbanyak pada anak-anak. Kabar baiknya, alergi protein susu sapi menurun seiring pertambahan usia.
“Alergi terhadap delapan macam makanan ini umumnya terjadi di usia 2-3 tahun. Alergi protein susu sapi biasanya sudah jauh menurun di usia 5 tahun ke atas. Tubuh si kecil sudah toleran,” ujar Prof. Budi.
Alergi akibat allergen hirupan bisa jadi sulit terdeteksi, Moms & Dads. Prof. Budi pernah menemui kasus seorang anak yang menurut orangtuanya alergi terhadap beragam jenis makanan. Ia pun memiliki banyak sekali pantangan sehingga pertumbuhannya kurang optimal. Setelah diteliti lebih dalam, ternyata si kecil alergi terhadap tungau.
“Tungau debu rumah biasanya ada di karpet, sofa kain, buku, majalah atau koran yang disimpan di tempat terbuka hingga berdebu, tempat tidur dan bantal dari bulu angsa, boneka bulu, hingga AC yang jarang diservis. Sebaiknya jaga kebersihan dan hindari benda-benda yang bisa menjadi tempat tungau,” ujar Prof. Budi.
Moms & Dads juga perlu tahu perbedaan gejala alergi dengan infeksi. Prof. Budi menekankan, gejala alergi tidak disertai demam, lebih sering muncul di malam hari, dan bila beringus, cairannya tidak kental dan berwarna.
Untuk memastikan diagnosa alergi, sebaiknya selain mengenali pencetus dan gejalanya, konsultasikan kondisi si kecil dengan dokter. Bila perlu, terutama untuk si kecil berisiko alergi secara genetik, lakukan tes alergi. Ada dua macam tes alergi, yaitu melalui sample darah dan tes kulit. Setelah diagnosanya tepat, kendalikan alergi si kecil dengan menghindari faktor pencetus.