Moms & Dads, dampak asupan nutrisi yang kurang seimbang dipaparkan di momdadi.com Goes to Hospital 2017 di RS St. Carolus, Jakarta Pusat, Sabtu, 16 September 2017. Salah satunya adalah anemia defisiensi zat besi atau kadar hemoglobin rendah dalam darah akibat kekurangan asupan zat besi. Padahal Hemoglobin ( Hb) dalam sel darah merah berfungsi sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Mudah ditebak kan, Moms & Dads apa yang terjadi bila si kecil menderita anemia defisiensi? Bukan hanya tampak pucat dan lemah, tetapi juga tumbuh kembangnya terhambat, termasuk perkembangan kognitif. Di usia sekolah, si kecil akan sulit menerima pelajaran dan beraktivitas seperti anak-anak lain. Belum lagi dia jadi sering sakit-sakitan.
“Asupan zat besi cukup sangat penting, tapi biasanya kurang begitu masuk periode MP-ASI usia 6 bulan,” ujar dr. Elizabeth Yohmi, SpA, IBCLC di event momdadi.com Goes To Hospital 2017, di RS St. Carolus.
Dengan tema Anemia Pada Anak dan Dampak Jangka Panjangnya, Ketua Staf Medis Anak di RS St. Carolus ini mengungkap, banyak orangtua yang kebingungan dalam memberikan MP-ASI pada si kecil sehingga akhirnya kekurangan nutrisi. Ia mengingatkan bahwa nutrisi seimbang sudah harus diberikan sejak awal, termasuk protein hewani.
“Zat besi yang paling mudah diserap tubuh adalah yang berasal dari hewani, yaitu daging merah. Daging merah mengandung zat besi tinggi karena ada heme atau molekul hemoglobin yang memberi warna merah. Ini tidak tampak dalam daging putih, seperti ikan dan ayam,” tuturnya.
Selain daging merah, Moms & Dads bisa menambahkan hati ayam ke menu MP-ASI si kecil. Bagaimana dengan bayam? Sayuran yang satu ini sering disebut memiliki kadar zat besi tinggi.
“Betul bayam memiliki zat besi tinggi, tapi bayam juga memiliki zat yang menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh. Jadi, kurang baik mengonsumsi terlalu banyak bayam,” papar dokter spesialis anak ini. Ia menyarankan, konsumsi makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi dari daging dan lainnya.
Anemia pada anak juga bisa diturunkan dari Moms bila selama hamil Moms kekurangan zat besi atau mengalami pendarahan. Jadi, jaga asupan zat besi dan rutin cek kesehatan selama hamil ya, Moms. Hindari juga beberapa faktor yang memicu pendarahan saat persalinan, termasuk memaksakan kelahiran normal dengan kondisi kurang memungkinkan.
Selain anemia, dr. Yohmi menjelaskan tentang thalassaemia kepada lebih dari seratus moms & dads peserta momdadi.com Goes To Hospital 2017, RS St. Carolus. Thalassaemia adalah kelainan sel darah yang diturunkan dari orangtua. Pada penderita thalassaemia mayor, si kecil harus menjalani transfusi darah rutin seumur hidupnya.
Untuk membantu Moms & Dads memahami thalassaemia, dr. Yohmi telah menulis buku panduan yang diluncurkan berbarengan dengan event ini. Buku ini gratis, tapi baru dicetak terbatas dan hanya bisa dipesan di RS St. Carolus. Dalam peluncurannya, dr. Yohmi menyerahkan buku kepada Bapak Ruswandi dari Yayasan Thalassaemia Indonesia sekaligus salah satu pendiri POPTI – Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia.
“Saya termasuk carrier atau pembawa gen thalassaemia. Anak saya ketahuan thalassaemia mayor di usia 10 bulan, dan meninggal di usia 20 tahun. Selama hidupnya, dia harus transfusi darah sebulan sekali,” papar Bapak Ruswandi. Ia menambahkan, kelainan berat ini bisa dicegah dengan menghindari pernikahan sesama pembawa gen thalassaemia.
Seperti event-event sebelumnya, selain mendapat pencerahan tentang nutrisi, anemia dan thalassaemia, moms & dads yang hadir juga bisa puas berbelanja dan dapat doorprize. Ada juga pemaparan tentang berbelanja online di orami.co.id, manfaat bakteri baik di usus dari Yakult dan perawatan kulit si kecil dengan Caladine. Tunggu event selanjutnya ya, Moms & Dads….
[metaslider id=12795]