Tentu jadi hal yang sangat mengejutkan ketika mendengar Si Kecil mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak layak diucapkan oleh anak sesusianya. Berbagai pertanyaan pun akan muncul seperti mengapa ia berbicara kasar, dari mana ia mendapatkan kata-kata kasar, hingga bingung harus bagaimana cara menangani ketika anak berbicara kasar seperti itu.
Untuk masalah penyebab anak berbicara kasar banyak sekali, tetapi pada umumnya penyebab utama dari perilaku buruk tersebut adalah lingkungan dimana anak tinggal, bermain, dan berinteraksi sering memberikan contoh tidak baik dalam bertutur kata, seperti anggota keluarga maupun teman bermainnya. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap permasalahan tersebut juga adalah karena anak sering menonton tayangan televisi yang tidak sesuai dengan usianya. Ungkap Psikolog Ratih Zulhaqqi, M. Psi.
Psikolog yang akrab di sapa Ratih ini juga menambahkan bahwa pengaruh dari luar mempunyai dampak luar biasa bagi anak-anak mulai dari usia 3 tahun. Ini dikarena pada usia tersebut anak-anak baru bisa berbicara yang lancar. Jadi Anda sebaiknya berhati-hati jika Anak sudah mulai bicara. Meskipun anak berbicara kasar, namun “pada dasarnya mereka tidak mengerti apa yang mereka katakan, mereka hanya copying. Jadi sebisa mungin kita harus bersikap netral dulu ketika mereka melakukan copying di usia 3 tahun sampai 5 tahunan.” Lanjut Ratih.
Untuk mengatasi anak berbicara kasar, Moms & Dads harus dapat mengklarifikasi perkataan kasar yang keluar dari mulut Si Kecil. “Kita harus memberikan pengertian kepada si anak apa arti dari perkataan tersebut. Ajak anak berkomunikasi seperti itu, supaya mereka tidak tambah jadi responnya.” Ujar Ratih.
Lalu bagaimana mengantisipasi agar anak tidak berbicara kasar? Menjawab pertanyaan tersebut, Ratih menerangkan bahwa anak berbicara kasar dapat dicegah dengan mengetahui siapa saja dan seperti apa teman bermainnya, bagaimana lingkungan sehari-harinya, apakah berpotensi untuk dapat berbicara kasar atau tidak. Kalau memang berpotensi Anda perlu memberikan pengertian kepada anak bahwa ada perilaku yang boleh dicontoh ada yang tidak boleh dicontoh. “Tapi biar bagaimanapun harus dijelaskan alasannya kenapa, jangan hanya melarang tanpa diberi pengertian.” Tutup Ratih.