Moms & Dads, pola hidup yang kurang sehat ditambah stress berlebih dan banyak faktor lain bisa menimbulkan gejala stroke. Stroke penyakit dengan angka kematian tinggi di dunia. Banyak yang belum mengenali gejalanya, padahal penderitanya kian hari kian muda. RSCM mencatat, pasien penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah otak termuda di rumah sakit tersebut berusia 21 tahun.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) , Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia atau PERDOSSI berbagi tips mudah mengenali gejala stroke dalam Peringatan Hari Stroke Sedunia 2017, di kantor P2PTM, Jakarta Pusat, 25 Oktober. Mereka menyingkatnya menjadi SeGeRa Ke RS.
Ini dia kepanjangan slogan SeGeRa Ke RS:
- Senyum tidak simetris atau mencong ke satu sisi, tersedak, dan sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
- Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, biasanya tubuh bagian kanan.
- BicaRa pelo atau tiba-tiba tidak dapat berbicara/ tidak mengerti kata-kata/ bicara tidak nyambung.
- Kebas atau baal, kesemutan separuh badan
- Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba.
- Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi.
Begitu gejala stroke terlihat, sesuai slogannya, pasien harus segera dibawa ke Unit Gawat Darurat rumah sakit dalam waktu kurang dari 2 jam. Ia perlu secepatnya mendapat penanganan tim medis dalam periode emas stroke, yaitu 4,5 jam, untuk mengurangi risiko kematian dan kecacatan permanen. Pasien juga perlu melakukan pemeriksaan CT Scan agar diketahui jenis strokenya.
“Ada dua jenis stroke. Pertama, akibat penyumbatan aliran darah. Ini paling sering terjadi , sekitar 80%. Kedua, akibat pecah pembuluh darah sekitar 20%. Ini data di Amerika, di Indonesia, jenis kedua diperkirakan cukup banyak, sekitar 30% karena angka penderita hipertensi dan diabetes cukup tinggi,” tutur dr. Taufik Mesiano, SpS, Ketua PERDOSSI Jaya.
Direktur P2PTM, dr. Lily S. Sulistyowati, MM mengungkap, 1 dari 6 orang di dunia akan mengalami stroke. Tingginya angka ini disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat dengan beragam faktor risiko, seperti merokok, hipertensi, diabetes, FA, kurang aktivitas fisik, kurang makan sayur dan buah, stress dan banyak lagi.
“Padahal stroke sangat bisa dicegah. Saat ini kami fokus pada 3 gerakan pencegahan dulu, yaitu deteksi dini, perbanyak aktivitas fisik dan makan buah dan sayur,” ujar dr. Lily.
Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSSI, Prof. Dr. dr. Moh. Hasan Machfoed, Sp.S (K), M.S., menambahkan, perlunya keseimbangan pola hidup antara fisik, mental, lingkungan dan spiritual. Ia juga mengingatkan agar Moms & Dads sekeluarga menempuh pengobatan yang rasional bila ada anggota keluarga yang sakit.
“Banyak yang memilih cara pengobatan yang disebut cuci otak DSA, Digital Subtraction Angiography. Padahal ini bukan terapi pengobatan stroke. Metoda DSA sudah lama digunakan dunia kedokteran sebagai alat diagnostik, untuk melihat aliran dalam pembuluh darah. Bukan untuk mengobati atau mencegah stroke,” tutur Prof. Machfoed.
PERDOSSI sendiri bekerjasama dengan Boehringer Ingelheim meluncurkan ANGELS Initiative pada April 2017. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi angka prevalensi stroke dengan meningkatkan kualitas Stroke Center. Tahun ini, Hari Stroke Sedunia, 29 Oktober, juga mengangkat tema What is your reason for preventing stroke?. Mom & Dads sekeluarga diajak untuk lebih peduli, ikut mencegah dan mengendalikan faktor risiko, serta mengenali gejala awal stroke.