Si kecil lahir sehat dan normal tentu harapan semua Moms & Dads. Untuk memastikannya, diperlukan beragam tes dan skrining, salah satunya adalah skrining hipotiroid kongenital. Yap, si kecil yang tampak normal bisa mengalami kelainan bawaan pada kelenjar tiroidnya sehingga ia kekurangan hormon tiroid, yang diperlukan untuk metabolisme dan tumbuh kembang secara keseluruhan.
Dalam peringatan Pekan Kesadaran Tiroid Internasional 2017, 26 Mei, di Auditorium Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi, Kemenkes RI, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI bersama perusahaan sains dan teknologi Merck serta laboratorium Prodia mengajak kita semua untuk lebih mengenali dan memahami gejala gangguan tiroid. Didukung Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau PERKENI dan IDAI, Kemenkes RI pun meluncurkan buku saku informasi tiroid.
Selain masalah tiroid pada orang dewasa, kelainan tiroid pada bayi tidak luput dari perhatian. Hipotiroid kongenital dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu belum sempurnanya kelenjar tiroid dan tidak adanya kelenjar tiroid. Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan skrining begitu si kecil berusia 48-72 jam.
“Mengapa skrining baru dilakukan setelah 48 jam karena sebelum itu bayi masih terlindungi oleh hormon tiroid ibu. Bila gejala sudah terlihat, itu artinya sudah terjadi keterlambatan tumbuh kembang yang tidak dapat diperbaiki,” tutur dr. Eni Gustina, SpA.
Skrining dilakukan dengan pengambilan sample darah si kecil melalui tumit kakinya yang diteteskan pada kertas saring. Saat ini, laboratorium RSCM Jakarta dan RS Hasan Sadikin Bandung menjadi pusat pemeriksaan sample yang dikirim dari berbagai daerah. Selain itu, si kecil bisa melakukan skrining di rumah sakit atau laboratorium swasta.
Bila si kecil mendapatkan hasil positif, baik pada tes pertama maupun tes konfirmasi, ia akan ditangani dengan pemberian pil Tiroksin setelah berusia 1 bulan. “Setelah 2,5 tahun, akan kembali dites. Umumnya kelenjar tiroid sudah sempurna sehingga ia tidak perlu lagi mengonsumsi obat. Tapi bila ia memang tidak memiliki kelenjar tiroid, maka ia perlu mengonsumsi obat seumur hidup. Pengobatan ini sangat murah, biayanya hanya sekitar Rp 2500 per bulan,” tambah dr. Eni.
Sebaliknya, jika si kecil terlambat ditangani, dampaknya bisa mempengaruhi seluruh organ tubuh, seperti kulit dan jaringan ikat, jantung, sistem pernafasan, sistem metabolisme, tulang dan lainnya. Selain itu, tingkat kecerdasan atau IQ si kecil rendah, kurang dari 80 atau mengalami keterbelakangan mental dan pertumbuhan fisik terhambat.
Lebih lengkapnya, berikut gejala hipotiroid kongenital pada bayi dan anak-anak:
- Kuning
- Pusar menonjol
- Lidah tebal dan besar
- Air liur keluar terus karena sulit menelan
- Hidung pesek
- Tubuh cebol
- Kesulitan bicara
- Keterlambatan kemampuan tengkurap, duduk, berdiri, jalan dan lainnya
- Keterbelakangan mental atau down syndrome.
“Gangguan tiroid dapat menyerang siapapun dan pada bayi, hormon tiroid berperan penting untuk perkembangan otak dan tumbuh kembang. Gangguan tiroid dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan perilaku pada anak-anak,” ujar Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI.