Sulit dipercaya, tapi si kecil pun bisa mengalami stress dan depresi. Depresi pada si kecil dapat berujung pada ledakan kemarahan, perilaku kasar, dan kecenderungan menyakiti diri sendiri. Moms & Dads tentunya pernah mendengar beberapa kasus bullying sampai bunuh diri anak yang ramai dibicarakan.
Depresi pada anak bisa disebabkan banyak hal, termasuk kurangnya perhatian orang tua, merasa tidak diterima di pergaulan, hingga masalah yang berkaitan dengan penyakit dan faktor genetis. Sebuah penelitian di Amerika menyimpulkan 2,5% anak di negara Paman Sam mengalami depresi. Anak laki-laki kebanyakan mengalami depresi di bawah usia 10 tahun. Sementara anak perempuan umumnya mulai mengalami depresi di usia remaja, terutama saat berusia 16 tahun.
Kebanyakan orang tua merasa putra-putri mereka baik-baik saja dan cenderung mengabaikan gejala yang ada. Memang tidak mudah menerima kenyataan si kecil mengalami depresi, apalagi bila Moms & Dads merasa cukup memberinya perhatian dan kasih sayang.
Tidak ada salahnya Moms & Dads mewaspadai gejala depresi pada si kecil sedini mungkin agar segera ditangani. Tetapi jangan terburu-buru juga menyimpulkan kesedihan anak sebagai depresi. Meskipun gejalanya unik pada setiap anak, berikut adalah tanda-tanda depresi umum yang bisa Moms & Dads perhatikan.
- Mudah merasa terganggu dan marah
- Sedih berkepanjangan dan terlihat putus asa
- Menarik diri dari teman-temannya dan menolak bersosialisasi
- Bereaksi berlebihan bila permintaannya ditolak
- Selera makan berubah; meningkat atau menurun drastis
- Kebiasaan tidur berubah; susah tidur atau malah tidur terus
- Sering menangis atau berteriak
- Sulit berkonsentrasi
- Mudah lelah dan tidak bersemangat
- Sering mengeluh sakit, misalnya sakit kepala dan perut yang tak kunjung sembuh
- Kemampuan dalam beraktivitas di sekolah, ekskul, maupun di rumah menurun drastis
- Sering merasa bersalah
- Kehilangan minat pada hobi atau pelajaran sekolah
- Nilai akademis menurun drastis
- Suka memikirkan kematian atau bahkan tentang bunuh diri
Beberapa anak, terutama usia pra remaja dan remaja, mungkin akan mengubah penampilan dan mulai mencari pelarian pada zat-zat terlarang. Faktor riwayat kekerasan dalam keluarga juga bisa memperburuk masalah dan memicu anak berpikir tentang kematian dan bunuh diri.
Pada tahap depresi akut, anak tidak hanya menarik diri dari pergaulan tetapi juga keluarga. Dia cenderung lebih sering melakukan kegiatan berisiko kecelakaan. Tema kematian semakin menjadi favorit, di samping tema-tema negatif lain. Beberapa anak akan makin sering menangis, tetapi ada juga yang sebaliknya, tampil tanpa ekspresi. Tanda lainnya, ia mengabaikan benda-benda kesayangan dan membagikannya.
Bila si kecil memperlihatkan gejala depresi, Moms & Dads sebaiknya segera melakukan pendekatan. Bantuan ahli medis dan psikolog juga sangat diperlukan. Umumnya, mereka akan menganjurkan psikoterapi, yang melibatkan peran aktif orangtua dan semua orang yang dekat dengan si kecil. Dukunglah si kecil keluar dari depresinya dan tumbuh menjadi sosok yang positif, ceria, sehat, dan bersemangat.