Hipertensi atau tekanan darah tinggi pada wanita sering dianggap kurang penting dan tidak terdiagnosa. Padahal hipertensi dapat memicu ganggguan jantung, gangguan ginjal, stroke, demensia bahkan kematian. Indonesian Society of Hypertension atau InaSH mengajak Moms & Dads untuk lebih peduli dan waspada pada bahaya hipertensi.
“11th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension diselenggarakan di Sheraton Jakarta Gandaria City Hotel pada 24-26 Februari untuk memberikan informasi terbaru di bidang kardiovaskular. Tahun ini kami juga menampilkan pembicara ahli dari luar negeri,” tutur Dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, Ketua 11thScientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension di kantor InaSH, 23 Februari 2017.
Membuka 11th Scientific Meeting of InaSH, persatuan para pakar di bidang hipertensi ini mengungkap banyak fakta lewat jumpa pers di kantor InaSH. Salah satunya, data Riskesdas 2013 mencatat, pada usia 65 tahun ke atas, prevalensi hipertensi pada wanita adalah 28.8 %, lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan prevalensi 22.8 %. Selain faktor hormonal, angka perkiraan hidup (life expectancy) wanita yang lebih tinggi daripada pria juga membawa pengaruh. FYI, life expectancy wanita Indonesia menurut WHO tahun 2015 sekitar usia 71,2 tahun, sedangkan pria 67,1 tahun.
“Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting penyakit Kardio-Cerebro-Vaskular atau KCV yang menjadi penyebab utama kematian di dunia. Sayangnya pada wanita faktor-faktor risiko kurang terdeteksi, termasuk obesitas, kadar kolesterol, dan diabetes mellitus II,” tutur pakar hipertensi dan salah seorang pendiri InaSH, dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA,FAsCC.
Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai hipertensi pada wanita dan hipertensi pada umumnya. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat dan deteksi dini. Bila sudah terdiagnosa hipertensi, maka pasien harus berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.
“Pengobatan hipertensi bukan sekadar menurunkan tekanan darah, tetapi harus mencapai target,” ujar Wakil Ketua InaSH, ahli ginjal hipertensi dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD- KGH. “Hipertensi pada wanita dapat berupa hipertensi primer karena faktor keturunan dan tidak diketahui penyebabnya. Tetapi bisa juga hipertensi sekunder, misalnya karena kehamilan, penyempitan pembuluh darah arteri di ginjal, faktor hormonal dan lainnya,” tambahnya.
Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik, akan berakibat fatal pada jantung, otak dan ginjal, serta menimbulkan komplikasi dan beban biaya yang besar, seperti cuci darah dan lainnya. Mengenai efeknya pada otak, Dr. dr. Yuda Turana, SpS, Ketua InaSH menjelaskan, “Selain menjadi faktor risiko utama stroke, hipertensi dapat memicu demensia pada lansia. Wanita lebih berisiko terkena demensia dibanding pria. Penelitian yang dilakukan di Yogjakarta pada Desember 2015-Januari 2016 menunjukkan, wanita yang terkena stroke kemungkinan mengalami demensia sebanyak 7 kali lipat, dibandingkan dengan pria yang hanya 4 kali lipat,” tutupnya.