Negara kita selain memiliki alam yang indah, juga kaya dengan beragam satwa langka. Salah satunya badak Sumatera. Beda dengan badak Jawa atau badak Afrika, Moms & Dads. Badak jenis ini dikenal sebagai badak paling imut dengan dua cula dan berambut alias gondrong. Badak Sumatera juga dijuluki ‘Tukang Kebun’ karena suka menebar benih tanaman.
Si kecil mungkin akan sulit melihat langsung satwa unik ini. Selain habitatnya terbatas, seperti di Gunung Leuser, Way Kambas dan beberapa tempat lain di Sumatera, Kalimantan dan Malaysia, badak dikenal sebagai binatang pemalu. Apalagi jumlahnya memang tinggal sedikit. Populasinya diperkirakan tinggal 100 ekor lagi akibat perubahan fungsi hutan dan perburuan. Badak Sumatera menjadi yang terlangka di antara lima jenis badak yang ada di dunia.
Itu sebabnya badak Sumatera termasuk fokus pemerintah sebagai hewan yang dilindungi dan harus ditingkatkan populasinya. Pemerintah pun bekerja sama dengan LSM dan masyarakat dalam program perlindungan dan pengembangbiakkan serta penelitian untuk melestarikannya. Kerjasama multinasional ini telah berhasil melahirkan Andatu pada 2012, di Sumatran Rhino Sanctuary Way Kambas, Lampung. Delilah kemudian lahir pada 2016. Namanya, yang berarti hadiah dari Tuhan, khusus diberikan Presiden Joko Widodo.
Agar Moms & Dads sekeluarga lebih mudah berkenalan dengan hewan unik ini dan berpartisipasi dalam pelestariannya, Tim Badak dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menggelar Pameran Seni Badak Sumatera: Harta Karun Tersembunyi Indonesia. Pameran seni dan lelang amal ini diadakan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, 19-21 Januari 2018.
Pameran seni ini menampilkan karya para seniman kita, seperti Naela Ali, Diela Maharanie, The Popo, Mochtar Sarman, Reza Mustar, dan Citra Marina yang dikenal lewat karakter Choo Choo. Ada juga tiga Disney Imagineers, yaitu Joe Rohde, Morgan Richardson dan Zsolt Hormay, serta fotografer satwa liar Paul Hilton. Monstore dan Matoa Indonesia ikut berpartisipasi dengan merilis produk spesial. Dan saat acara berlangsung, diadakan pertunjukan dongeng dari Kak Aio serta pemutaran film dokumenter tentang badak.
“Badak Sumatera merupakan bagian dari warisan biologis Indonesia dan harus dipertahankan untuk generasi mendatang. Pameran seni ini contoh yang baik bagaimana orang-orang yang berasal dari latar belakang, budaya dan organisasi berbeda dapat bekerja sama untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati negara ini,” tutur Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Semua karya seni yang dipamerkan akan dilelang melalui situs www.charitybuzz.com, yang dapat diakses oleh siapa saja mulai 19 Januari sampai 7 Februari 2018. Ada pula kompetisi media sosial di Instagram @badakdelilah dengan #TimBadak dan #SeniBadak untuk memenangkan jam tangan kayu edisi special dari Matoa. Bila ingin berdonasi bagi upaya konservasi, Moms & Dads dapat mengunjungi https://rhinos.org/timbadak/.
“Kami sangat bahagia dan tersentuh melihat karya seni yang menakjubkan dari para seniman yang sangat inspiratif ini,” ujar Noviar Andayani, Country Director Wildlife Conservation Society, Indonesia Program, mewakili Tim Badak saat pembukaan pameran.
FYI, Tim Badak adalah konsorsium konservasi badak Sumatera, yang terdiri atas enam LSM nasional dan multinasional berbasis penelitian. Mereka adalah Forum Konservasi Leuser (FKL), Leuser International Foundation (LIF), International Rhino Foundation (IRF), Wildlife Conservation Society – Indonesia (WCS), WWF for Nature –Indonesia dan Yayasan Badak Indonesia (YABI) serta didanai Disney Wildlife Fund.