Menderita alergi pada si kecil bisa berdampak secara psikologis, Moms & Dads. Bayangkan bagaimana kesalnya si kecil bila dilarang makan ini itu, atau mendadak gatal, sakit perut dan lainnya saat terpapar zat pencetus alergi. Ada cara untuk membuat si kecil tetap ceria walaupun alergi terhadap makanan dan hirupan tertentu, yaitu 3K.
Tiga cara utama dalam menangani alergi dengan 3K, yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan. Kita sudah membahas 3K dari sudut pandang medis. Kali ini, giliran psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi., MPsi, Psi, yang menjabarkan 3K dari sudut pandang psikologis. Simak ya, Moms & Dads….
Secara psikologis, dampak alergi anak pada Moms & Dads bisa beragam. Mulai dari merasa cemas dengan kondisi anak, merasa bersalah bila si kecil alergi karena faktor genetik, kuatir dengan biaya pengobatan, hingga dianggap berlebihan karena berusaha melindungi si kecil dari allergen yang ada di sekitarnya.
Dampak psikologis pada si kecil pun tak kalah banyak. Untuk jangka pendek, ia akan merasa stress karena sulit memilih makanan atau tidak bisa leluasa bermain seperti teman-temannya. Ia akan merasa semakin tertekan bila teman-temannya menganggap dia aneh karena tidak boleh makan ini-itu. Dia juga bisa dijauhi teman dan mengalami bullying.
“Konsep 3K sangat menarik dan bisa membantu orangtua dalam menghadapi alergi si kecil,” ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini saat kampanye Bunda Tanggap Alergi dengan 3K bersama Nutricia Sarihusada di Jakarta.
Kenali. Ada tiga pon penting dalam langkah pertama ini, yaitu:
- Mengenali sifat anak dan biasanya Moms & Dads yang paling mahir. Orangtua perlu mengenali sifat anak agar mengerti pendekatan seperti apa yang paling pas untuk menangani masalah alergi si kecil. Dengan mengetahui sifatnya, Moms & Dads juga bisa langsung tahu begitu ada perubahan perilaku.
- Mengenali lingkungan si kecil. Seperti apa teman-temannya, ada apa saja di sekolah, bagaimana perjalanan si kecil menuju sekolah dan lainnya. Moms & Dads jadi lebih bisa tahu pemicu alergi si kecil atau dengan siapa ia biasa berbagi makanan dan sebagainya.
- Mengenali diri Moms & Dads sendiri. Bisa jadi Moms atau Dads mengalami alergi jenis tertentu sehingga menurun pada si kecil. Dengan mengenali diri sendiri, Moms & Dads juga jadi lebih bisa memilih cara dan waktu terbaik untuk menangani si kecil dan konsultasi dengan dokter menjadi lebih efektif.
Konsultasikan. Moms & Dads perlu memastikan penyebab alergi si kecil dengan mengkonsultasikannya kepada ahli medis. Bila perlu, dokter bisa melakukan tes untuk si kecil. Selain itu, cari informasi sebanyak-banyaknya sehingga bisa berkonsultasi dengan lebih efektif, lebih tepat sasaran, mengajukan pertanyaan cerdas sehingga dokter lebih mudah membantu. Penting untuk mengajak anggota keluarga lain ikut berkonsultasi, terutama yang sering ikut mengasuh si kecil agar tidak memberi dia pemicu alergi.
Kendalikan, dengan cara:
- Ubah gaya hidup agar pemicu alergi bisa dihindari. Misalkan, bila Moms & Dads sekeluarga awalnya suka jajan di mana saja, mulailah dengan mengurangi jajanan dan memasak sendiri. “Memasak sendiri berarti kita tahu bahan apa saja yang ada di dalamnya sehingga bisa mencegah timbul alergi pada si kecil,” ujar Nina.
- Bawakan si kecil bekal ke sekolah atau saat playdate. Jangan sampai dia bingung dan karena lapar akhirnya jajan sembarangan lalu terpapar allergen.
- Informasikan pada pihak sekolah tentang alergi anak atau orangtua teman anak, yang mengundangnya ke rumah teman atau pesta.
“Anak yang alergi bisa memiliki konsep diri yang buruk karena merasa gagal. Carikan kegiatan yang membuatnya oke-oke saja, angkat sisi postifnya dan berikan pujian agar dia tahu dia punya banyak sisi baik dan tetap ceria,” saran Nina.