Diabetes mellitus atau DM tipe-1 termasuk penyakit autoimun, Moms & Dads. Pada penyakit ini, sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar pankreas, penghasil hormon insulin. Akibatnya, produksi insulin terhenti. Padahal insulin berfungsi untuk mengatur penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan sel-sel tubuh lainnya. Tanpa insulin, kadar gula darah tinggi dan terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
DM tipe-1 lebih banyak menyerang pada anak-anak, termasuk bayi dan balita. Penyakit tidak menular yang tak dapat dicegah ini menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) paling banyak terdeteksi di kota besar, seperti DKI Jakarta dan kota-kota di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Sejak September 2009 sampai September 2018 terdapat 1.213 kasus DM tipe-1, dengan 146 kasus di antaranya terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.
Si kecil yang mengalami kondisi ini cukup sulit dideteksi karena gejalanya bisa disangka penyakit lain. Apalagi si kecil yang belum bisa bicara. Jadi Moms & Dads perlu sangat jeli untuk memperhatikan gejala-gejalanya meski tak ada riwayat diabetes dalam keluarga. “Siapapun bisa terkena DM tipe-1,” ujar Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), Ketua Umum IDAI. “Penyebabnya bisa karena kelainan genetik, bisa juga karena infeksi virus, faktor lingkungan dan vitamin D yang mempengaruhi sistem imun,” tambahnya.
Berikut beberapa gejalanya:
- Si kecil sering haus dan berkemih. Ini karena saat kadar gula darah meningkat, tubuh akan menarik cairan dari jaringan-jaringan. Sering haus membuatnya banyak minum dan otomatis lebih sering buang air kecil. Bila si kecil sudah mulai menggunakan toilet, ia akan lebih sering bolak-balik ke toilet atau mengompol saat tidur.
- Lemas dan lesu. Kekurangan insulin membuat tubuh tak dapat mengubah glukosa dalam darah menjadi energi, akibatnya tubuh menjadi lemas dan mudah capek.
- Sering lapar dan berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Otot dan organ-organ tubuh yang kurang mendapatkan asupan energi akan memicu rasa lapar. Uniknya, berat badan malah turun drastis ketika si kecil banyak makan.
- Penglihatan terganggu. Sulit terdeteksi karena si kecil belum dapat memberitahu Moms & Dads dengan jelas. Tetapi Moms & Dads bisa mengetes penglihatannya saat bermain. Kadar gula darah yang tinggi juga mempengaruhi pembuluh darah retina sehingga penglihatan menjadi kabur atau masalah mata lainnya.
- Infeksi jamur ragi atau yeast. Si kecil sering mengalami gatal-gatal dan ruam. Ruam popok yang sulit diatasi kemungkinan besar adalah gejala diabetes pada si kecil.
- Nafas berbau keton atau buah dan terdapat gula pada urin. Hati-hati bila urin si kecil selalu mengundang semut.
- Perubahan perilaku. Si kecil mendadak lebih rewel, selalu gelisah, mudah marah. Gejala ini tentunya dibarengi dengan gejala-gejala diabetes lainnya.
Bila Moms & Dads mendeteksi beberapa gejala pada si kecil, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter dan memeriksakan kadar gula darahnya. Saat ini, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes., Posyandu belum bisa melakukan skrining DM. “Tetapi dokter umum di fasilitas kesehatan sudah dapat mendeteksi gejala awalnya dan akan merujuk ke faskes lanjutan,” ujarnya dalam media briefing jelang Hari Diabetes Sedunia, 14 November, pada 31 Oktober di Jakarta.