Menurut World Health Organization (WHO, 2017) depresi adalah salah satu gangguan mental yang sering terjadi di seluruh dunia dengan lebih dari 300 juta orang dari segala usia menderita depresi, dan meningkat 18% antara 2005 hingga 2015. Kurangnya dukungan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental mencegah banyak orang untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan untuk hidup sehat dan produktif.
Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia.Gangguan depresif tersebut dapat menyebabkan bunuh diri. Hampir 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap tahun. Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian pada manusia berkisar usia 15-29 tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Sehubungan dengan fakta tersebut, maka pada Hari Kesehatan Dunia 7 April 2017 yang lalu, WHO mengangkat tema “Depression: Let’s Talk” dengan tujuan utamanya untuk Mengajak seluruh warga dunia agar mau membantu dan menyikapi dengan baik orang yang mengalami gangguan mental khususnya depresi. Bagi seseorang yang hidup dalam depresi, berbicara dengan orang yang mereka percayai adalah langkah pertama dari tahap penyembuhan dan pemulihan.
Di Indonesia juga cukup banyak yang berperan aktif dalam acara Hari Kesehatan Dunia ini dengan kolaborasi antara Kemenkes, Arsawakoi ( Asosiasi Rumah Sakit Jiwa & Ketergantungan Obat Indonesia ) & Organisasi Profesi PDSKJI ( Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia untuk meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai kondisi Depresi. Begitupula dengan Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa, sebagai salah satu Rumah Sakit Jiwa Swasta tertua di Indonesia ikut serta mensukseskan Hari Kesehatan Dunia, salah satunya dengan mengadakan seminar nasional bertajuk “Neuropsychiatric Symposium on Depression & Anxiety” yang ditujukan kepada para psikiatri pada tanggal 20 Mei 2017 lalu.
RESIKO KESEHATAN YANG BERKAITAN DENGAN DEPRESI
Rasa cemas yang berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan dapat berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-hari. Rasa cemas yang berlebihan dapat meningkatkan resiko penyalahgunaan obat. Pada penderita penyakit kronis terkadang juga timbul rasa cemas yang seiring dengan berjalannya waktu dapat menimbulkan depresi. 31% pasien datang berkonsultasi dengan gejala Ansietas setelah di lakukan pendekatan lebih lanjut ternyata pasien tersebut mengalami Depresi.
Depresi juga merupakan penyebab utama bunuh diri, yang mengambil ratusan ribu nyawa setiap tahunnya. Pemahaman depresi yang lebih baik & bagaimana perawatan yang benar, meskipun penting, tetapi ini hanyalah permulaan. Yang perlu ditindaklanjuti adalah peningkatan layanan kesehatan mental yang berkelanjutan yang dapat diakses oleh semua orang, bahkan di tempat terpencil di dunia.
PT. Mersifarma TM, sebagai salah satu perusahaan farmasi di Indonesia yang sejak awal berdirinya selalu konsisten dalam mendukung masalah kesehatan jiwa di Indonesia melengkapi range terapi untuk mengatasi Depresi dan Ansietas dengan menghadirkan ELXION® (Escitalopram) di Indonesia. Diharapkan dengan hadirnya ELXION® menambah pilihan dokter dalam memberikan terapi pada pasien khususnya pada kasus Depresi dan Cemas.