Moms, perempuan dengan penyakit ginjal kronik atau PGK rentan mengalami komplikasi kehamilan. Salah satu komplikasi yang bisa terjadi adalah pre-eclampsia, yang ditandai dengan tekanan darah sangat tinggi dan protein dalam urin. Akibatnya bisa fatal buat janin. Si kecil kemungkinan terlahir prematur, mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), hingga risiko gangguan pertumbuhan dan kematian sebelum lahir.
Hal ini diungkapkan dalam jumpa pers Hari Ginjal Sedunia atau World Kidney Day (WKD) 2018 yang digelar PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) bersama Baxter Indonesia dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, di Artotel, Thamrin, Jakarta, pada 7 Maret. Tahun ini, WKD dirayakan International Society of Nephrology (ISN) dan International Federation of Kidney Foundations (IFKF) pada 8 Maret dengan tema Ginjal dan Kesehatan Perempuan : Rangkul, Hargai, Berdayakan.
Walaupun berisiko tinggi alami pre-eclampsia bukan berarti Moms dengan PGK tidak bisa hamil. Moms hanya perlu merencanakan kehamilan dengan lebih baik. Melakukan konsultasi pra-kehamilan dan pemeriksaan kondisi kesehatan menyeluruh dengan beberapa dokter spesialis, termasuk nefrologis, dokter kandungan, dan bidan sangat penting buat Moms. Selama hamil tentunya Moms juga perlu terus dipantau oleh nefrologis dan dokter kandungan.
“Bila nanti anaknya lahir dengan BBLR, kemungkinan ia akan mengalami gangguan ginjal di usia dewasa. Sebaiknya lakukan tindakan pencegahan dengan memeriksa ginjal anaknya sesegera mungkin,” ujar Ketua Umum PERNEFRI, dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH, yang sekaligus Ketua Divisi Ginjal Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
Untuk Moms tanpa penyakit ginjal kronik kemungkinan mengalami gangguan fungsi ginjal selama hamil tetap ada. Moms sebaiknya melakukan pencegahan dengan menerapkan pola hidup sehat. Dr. H. Zamhir Setiawan, M.Epid, Kepala Sub Direktor Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengingatkan bahwa faktor risiko utama PGK yang bisa dicegah adalah hipertensi, diabetes dan obesitas. Jadi Moms sekeluarga perlu mengendalikan faktor risiko tersebut dengan menerapkan perilaku CERDIK, yaitu:
- Cek kesehatan secara rutin
- Enyahkan asap rokok
- Rajin aktivitas fisik
- Diet sehat kalori seimbang
- Istirahat cukup
- Kelola stress.
Dr. Aida menambahkan konsumsi air putih secukupnya juga sangat penting. Sesuai anjuran, Moms perlu mengonsumsi air putih sebanyak 8-10 gelas per hari untuk menjaga kesehatan fungsi ginjal. “Konsumsi air berlebihan, misalkan hingga 5 liter sehari, juga tidak baik karena bisa mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh, seperti turunnya kadar natrium atau kalium,” ujar dr. Aida.
Khusus pada perempuan, ada faktor risiko PGK lain yang tak kalah penting, yaitu penyakit lupus, infeksi saluran kemih dan kanker serviks. Lupus, sejenis penyakit autoimun yang lebih banyak menyerang perempuan, dapat mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal. Begitu juga infeksi saluran kemih dan kanker serviks.
“Kanker serviks menyebabkan sumbatan pada saluran kemih sehingga mengganggu aliran urin. Lalu terjadi pelebaran saluran kemih, pelebaran ginjal sampai akhirnya terjadi penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal,” papar Dr. dr. Suskhan, Sp.OG(K), Ketua Departemen Obstetri & Ginekologi, FKUI-RSCM. “Penyebab kematian pasien kanker serviks sebenarnya adalah karena gagal ginjal,” tambahnya.
Dorothea Koh, GM Singapore, Indonesia & Philippines untuk Baxter menyimpulkan, “Perempuan menghadapi banyak tantangan kesehatan, khususnya ibu hamil penderita gagal ginjal kronik yang memiliki risiko kesehatan yang tinggi, baik bagi diri sendiri maupun bayi di dalam kandungan.”
Baxter sendiri sejak tahun lalu berusaha meningkatkan awareness tentang kesehatan ginjal dan pemberdayaan perempuan dengan PGK lewat #MovingOn. Sepanjang Maret 2018 ini, akan digelar beragam event berkaitan dengan Hari Ginjal Sedunia, seperti Kidney Fun Walk di area Car Free Day, Jakarta, 11 Maret dan berbagai talk show edukatif di beberapa kota.
[metaslider id=13512]