
Hipertensi merupakan pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi, hipertensi dapat menyebabkan gumpalan darah otak mengeras serta aliran darah menuju ke otak terhambat sehingga dapat memicu terjadinya stroke. Stroke dapat mulai dapat terjadi mulai dari skala ringan hingga mencapai stroke berat. Apabila seorang pasien sudah memasuki stroke berat dapat menyebabkan kecacatan menetap atau mengancam jiwa, terutama jika hipertensi tidak ditangani.
Mengelola hipertensi dengan baik dan benar sangatlah diperlukan agar untuk dapat mencegah atau menghindari terjadinya stroke. Seluruh masyarakat diajak untuk dapat mengenali dan mengendalikan tekanan darah itu sendiri untuk dapat menghindari penyakit berbahaya yang tidak diinginkan.
Bentuk kontrol tekanan darah ialah dengan rajin mengukur tekanan darah itu sendiri. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan Home Blood Pressure Monitoring (HBPM), HBPM merupakan suatu metode pengukuran darah dengan menggunakan alat osilometer yang dapat dilakukan sendiri oleh seorang pasien ketika dirumah ataupun di tempat lain di luar tempat pelayanan kesehatan.
Seorang pasien penderita hipertensi harus selalu patuh saat sedang menjalankan pengobatan dan pengukuran tekanan darah secara benar dan berkala. Serta pasien stroke pun harus dapat mengelola hipertensinya dengan baik agar tidak berlanjut mencapai stroke berat atau stroke semakin parah yang dapat berakibatkan kecacatan menetap bahkan dapat merenggut nyawa.
dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita menjelaskan, “Hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian stroke. Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko Stroke 10% pada orang dewasa. Hipertensi sendiri ditemukan pada 64-70% kasus Stroke. Secara mekanisme, tekanan darah tinggi pada dasarnya menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel) dan mengganggu fungsi dari otot di dinding pembuluh darah nadi atau arteri. Kondisi ini dapat membuat arteri menjadi kaku dan tersumbat. Bila arteri yang tersumbat ada di bagian otak, hal ini akan membuat otak tidak mendapatkan aliran darah dan oksigen yang cukup, sehingga semakin lama semakin banyak sel atau jaringan otak yang mulai mati. Hal ini membuat seseorang berada pada risiko stroke yang jauh lebih tinggi. Kerusakan endotel dan lapisan otot pembuluh darah arteri karena Hipertensi juga dapat menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri di otak yang dapat mengakibatkan arteri bisa atau mudah pecah dan menyebabkan perdarahan di otak.”
Hipertensi merupakan penyakit kronik yang belum bisa disembuhkan. Apabila tekanan darah seorang pasien telah mecapai target bukan berarti pasien tersebut sembuh, namun tekanan darah tersebut terkontrol. Saat tekanan darah telah terkontrol maka diharapkan pasien tersebut dapat bisa menghindari komplikasinya, salah satunya merupakan kerusakan otak yang dapat terjadi seperti stroke.
Dalam presentasinya, dr. Eka kembali menjelaskan, “Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Salah satu yang menjadi tantangan dalam penanganan hipertensi adalah pasiennya kadang tidak sadar kalau mereka mengidap hipertensi dan baru ketahuan saat tekanan darah sudah di angka yang sangat tinggi.”
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa dirinya telah menderita tekanan darah tinggi disebabkan tidak timbulnya gejala-gejala yang dialami kepada mereka. Namun seringkali seseorang secara mendadak terserang stroke karena hipertensinya, tetapi penderita tidak mengetahui bahwa dirinya mempunyai hipertensi.
“Maka pertama-tama, perlu diperhatikan faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi itu sendiri, seperti usia, obesitas, makanan yang terlalu mengandung garam dan sedikit kalium, kurangnya berolahraga, merokok dan konsumsi alkohol, hingga stress. Faktor risiko tersebut mampu membuat tekanan darah tidak stabil. Saat ini, ada dua faktor risiko tambahan yang juga perlu diperhatikan seperti udara dingin dan polusi udara,” tutur dr. Eka.
Hipertensi dapat menjadi lebih tinggi saat udara dingin. Hal ini disebabkan karena suhu rendah dapat membuat pembuluh darah menyempit secara sementara. Kondisi ini dapat meningkatkan tekanan darah karena akan lebih banyak tekanan yang diperlukan untuk memaksa darah melewati pembuluh darah lewat arteri yang menyempit.
Serta terkait polusi, banyak penelitian menunjukkan selain menyebabkan Hipertensi, polusi udara juga meningkatkan risiko terjadinya stroke. Kejadiannya berhubungan dengan lama paparan, usia dan adanya risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes. Emisi dari kendaraan bermotor merupakan penyebab utama (lebih dari 90%) polusi udara di daerah urban.