Komunikasi, informasi dan edukasi atau KIE tentang kesehatan reproduksi perempuan dan perencanan keluarga sangat penting, Moms & Dads. Moms & Dads jadi lebih mampu untuk memutuskan kapan dan berapa anak yang akan dimiliki serta memenuhi kebutuhan mereka, termasuk untuk kesehatan dan pendidikan.
Di Hari Kontrasepsi Sedunia, 26 September ini, PT Bayer Indonesia kembali menekankan hal ini bersama Ikatan Bidan Indonesia atau IBI dan BKKBN. PT Bayer Indonesia juga melanjutkan program Bayer Duta OC atau Oral Contraception bersama BKKBN untuk mempromosikan KIE kesehatan reproduksi, yang kini telah memasuki tahun ke-10. Duta OC didukung IBI melalui program Keluarga Berencana Nasional Lingkaran Biru. Saat ini jumlah Duta OC mencapai 360 bidan di seluruh Indonesia, melalui 3.600 kegiatan penyuluhan yang menjangkau 108 ribu perempuan.
“Keluarga berencana dan pendidikan adalah langkah penting untuk memutus siklus kemiskinan, baik untuk wanita dan keluarganya. Bayer telah mendukung program keluarga berencana di dunia lebih dari 50 tahun, di lebih dari 130 negara. Di Indonesia, Bayer telah bermitra dengan pemerintah lebih dari tiga puluh tahun dalam program Lingkaran Biru,” tutur Presiden Direktur PT Bayer Indonesia, Angel Michael Evangelista, dalam sambutannya jelang peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia, 25 September di Double Tree Hotel, Jakarta Pusat.
Penggunaan alat kontrasepsi untuk merencanakan kehamilan adalah salah satu langkah perencanaan keluarga. Dari data Riskesdas 2013, diketahui adanya peningkatan penggunaan alat kontrasepsi dari 55,8 % pada 2010 menjadi 59,7 % pada 2013. Terjadi penurunan angka kelahiran (TFR) dari 2,6 anak per perempuan pada 2012 menjadi 2,4 anak per perempuan pada 2017.
“Target kita, TFR mencapai 2,28 anak per perempuan di tahun 2019. Ini penting untuk menyeimbangkan angka rasio ketergantungan antara jumlah penduduk usia tidak produktif dengan usia produktif, 15 sampai 64 tahun. Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan penduduk usia produktif yang banyak selama 15 tahun, sampai tahun 2035,” papar Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K) dari FKUI/RSCM.
Selain untuk merencanakan kehamilan, penggunaan alat kontrasepsi diharapkan bisa memperkuat hak-hak perempuan dalam menentukan sendiri kapan mereka siap hamil, bagaimana mempersiapkan kehamilan dan menjaga kesehatan selama hamil sehingga dapat melahirkan generasi baru yang berkualitas. “Perempuan dapat memberdayakan dirinya dalam segi pendidikan dan sosial sehingga kesejahteraan diri dan keluarganya dapat ditingkatkan,” ujar Dr. Andon.
Bidan menjadi garda terdepan dalam menjalankan KIE kesehatan reproduksi perempuan dan perencaan keluarga di daerah-daerah. Dari 12 indikator keluarga sehat, lima diantaranya menjadi tugas pokok bidan, yaitu: keikutsertaan Moms & Dads dalam program keluarga berencana, pertolongan untuk moms saat hamil, persalinan hingga menyusui, imunisasi lengkap untuk si kecil, pemberian ASI eksklusif 6 bulan, dan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulannya.
“Dari data survey, 87% ibu hamil memeriksakan kehamilannya di bidan karena akses yang lebih mudah dan lebih dekat dengan masyarakat. Pelayanan keluarga berencana juga sekitar 76% diberikan oleh bidan,” ujar Ketua Pengurus Pusat IBI, Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes.
Untuk itu diperlukan kompetensi bidan dalam kemampuan advokasi atau konseling dan edukasi untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) dan keluarga berencana (KB). IBI sendiri memiliki program Bidan Delima untuk meningkatkan kemampuan para bidan, lewat beragam lokakarya, seminar, pelatihan dan lainnya.
“Bidan harus menjadi agent of change dengan menjalankan KIE. Dia harus mampu membuat kliennya dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dan mengetahui konsekuensinya sehingga tidak berhenti di tengah jalan. Target bidan tidak hanya para istri, para suami juga harus paham dan terlibat sejak merencanakan kehamilan. Dukungan suami sangat bermanfaat agar kehamilan berjalan baik dan menghindari faktor stress ibu,” papar Dr. Emi.