Pendidikan anak usia prasekolah sangat dipengaruhi oleh motivasi dan sikap Moms & Dads. Benesse Educational Research and Development atau BERD Institute milik Benesse Corporation, perusahaan layanan pendidikan di Jepang, baru saja merilis hasil survei mereka tentang pendidikan anak usia pra sekolah di empat negara, Finlandia, Cina, Jepang dan Indonesia.
Survei dilakukan terhadap moms yang memiliki anak usia 4-6 tahun di keempat negara tersebut tahun lalu. Di Indonesia, survei dilakukan kepada 900 responden di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek.
Direktur PT Benesse Indonesia, Daisuke Okada, menjelaskan, “Survei dilakukan dengan mewawancarai para ibu melalui kunjungan ke rumah. Poin-poin yang disurvei antara lain, waktu kebiasaan anak terkait media pembelajaran, sudut pandang orangtua terkait pengasuhan dan pendidikan untuk anak, harapan untuk masa depan anak, kemampuan sosial emosional anak, waktu yang dihabiskan bersama anak, dan sebagainya.”
Indonesia dipilih sebagai salah satu subyek survei karena merupakan negara berkembang dengan berbagai macam agama dan etnis. Sementara Cina dipilih karena fokus pada pengembangan kemampuan sosial emosional dalam pendidikan usia dini. Dan Finlandia dipilih sebagai pembanding dari benua Eropa.
Dibandingkan ibu-ibu di Jepang, Cina, dan Finlandia, moms di Indonesia memiliki keinginan yang lebih kuat agar si kecil menjadi sosok yang mewarisi keturunan keluarga, mengurus orangtua, bisa mengabulkan cita-cita orangtua, dan mengabdi kepada masyarakat di masa depan. Ketua Asosiasi Pendidikan Guru PAUD, Dr. Sofia Hartati, M.Si mengungkap, di Indonesia kesadaran keluarga lebih kuat karena pengaruh agama. Orangtua cenderung mengharapkan anaknya menjadi sosok yang memegang peranan dalam keluarga. Kebiasaan anak juga berbeda-beda di setiap negara, tergantung pada sistem pendidikan, kebudayaan, agama, dan iklim.
Berikut lima fakta menarik dari hasil survei tersebut:
- Anak Indonesia terbiasa bangun tidur lebih awal. Alasannya, negara kita memiliki banyak kegiatan di pagi hari dan anak-anak beragama Islam harus melakukan sholat Subuh. Pada hari biasa, anak Indonesia yang bangun tidur sebelum pukul 05.30 mencapai 11,1%. Sementara untuk tiga negara lainnya, kurang dari 3%. Anak Indonesia yang bangun pukul 06.00 mencapai 31,9%, sementara tiga negara lain kurang dari 13%. Anak-anak di Jepang, Cina, dan Finlandia ternyata lebih banyak bangun tidur pada pukul 07.00.
- Anak Indonesia sebagian besar menghabiskan waktu kurang dari 4 jam di PAUD atau playgroup. Dari survei, angkanya mencapai 89,8%, dan tak ada yang menghabiskan waktu hingga 8 jam di PAUD. Sementara anak-anak dari negara lain bisa menghabiskan waktu lebih dari 8 jam di playgroup. Di Cina, angkanya mencapai 50%, di Finlandia 44% dan di Jepang 10%. Ini karena di negara tersebut sebagian besar moms adalah wanita pekerja.
- Menerapkan kebiasaan baik, menjaga kesehatan tubuh dan meluangkan waktu bermain bersama menurut moms di Indonesia adalah tiga hal yang memerlukan usaha terbesar dalam mengasuh anak. Menerapkan kebiasaan baik, seperti menyikat gigi, mandi dan lainnya mencapai angka 66,9%, menjaga kesehatan tubuh 64,8% dan bermain bersama orangtua 56.7%. Dari hasil studi BERD lainnya, anak yang menguasai kebiasaan hidup pada usia 3-4 tahun, akan memiliki kemampuan sosial emosional yang lebih baik pada usia 4-5 tahun. Kemampuan sosial emosional berhubungan dengan perkembangan aspek kognitif, seperti mengenal huruf, angka, dan kemampuan berpikir.
- Moms di Indonesia mengharapkan si kecil tumbuh menjadi orang yang menyayangi keluarga (75,8%), memiliki sikap kepemimpinan (53,1%), dan bisa memanfaatkan kemampuan tinggi dalam pekerjaan (35%). Moms di Cina (77,9%) dan Finlandia (81,7%) juga menginginkan anaknya menjadi orang yang menyayangi keluarga. Hanya para moms di Jepang yang lebih suka anaknya menjadi orang yang memiliki pendirian atau pendapat sendiri (72,3%).
- Moms di Indonesia menilai bahwa si kecil adalah sosok pewaris keturunan untuk masa depan (64,3%), sosok yang akan mengurus orangtuanya nanti (57,9%), dan yang bisa mengabulkan cita-cita orangtua (57,0%). Menurut Dr. Sofia, hasil ini dipengaruhi kuatnya anggapan anak sebagai harapan dan penerus keluarga di masyarakat kita. Berbeda dengan para moms di Jepang (66,6%) dan Finlandia (98,9%) yang menilai anak sebagai sosok yang memakmurkan kehidupan sehari-hari. Sementara di Cina, moms menilai anak sebagai sosok yang memiliki karakter berbeda dengan orangtua (81,2%).