Gangguan ginjal ternyata tidak hanya dialami orang dewasa. Si kecil bahkan bisa mengalaminya sejak lahir atau gangguan ginjal bawaan. Gangguan ginjal bawaan umumnya ditandai dengan adanya kelainan bentuk ginjal dan jaringan ginjal, ada atau tanpa sumbatan.
“Data dari 14 rumah sakit pendidikan dengan konsultan nefrologi anak, di Indonesia pada 2017, menyebut ada 12,3 % gangguan ginjal yang disebabkan hipoplasia atau dysplasia congenital,” ujar dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A (K) dari Divisi Nefrologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI – RSUP Cipto Mangunkusumo, pada media briefing Kenali Gangguan Ginjal Pada Anak di Kementerian Kesehatan RI, beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan yang sama, Direktur P2PTM, dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes., mengungkap data RSUP dr. Kariadi. Terdapat 566 pasien gangguan ginjal selama periode 2015-2017, 37,6% di antaranya anak-anak usia 5-12 tahun, 29,3% anak balita, dan 29% remaja.
Dr. Eka menjelaskan, ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan banyak pembuluh darah, yang terletak di pinggang belakang atau punggung bawah. Fungsinya sebagai alat pembuangan zat sisa metabolisme, terutama protein, sebagai pengatur aliran sel darah merah dan pembentukan beberapa jenis hormon, termasuk vitamin D.
Pada anak usia 5 tahun ke atas, gangguan ginjal sering disebabkan oleh penyakit yang diturunkan, misalnya penyakit ginjal polikistik dan penyakit yang didapat, seperti glomerulonefritis kronis. Penyakit lupus yang menyerang ginjal misalnya, dapat menyebabkan glomerulonefritis.
Ketika gangguan pada struktur atau fungsi ginjal berlangsung lebih dari 3 bulan, kondisi ini disebut Penyakit Ginjal Kronik atau PGK. Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko PGK adalah:
- Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal polikistik atau penyakit ginjal genetik
- Bayi dengan berat badan lahir rendah atau premature
- Si kecil dengan riwayat gagal ginjal akut, misalkan karena kecelakaan atau infeksi saluran kemih
- Kelainan bawaan ginjal
- Riwayat menderita sindrom nefrotik atau sindrom nefritis akut atau sindrom hemolitik uremik
- Riwayat menderita penyakit sistemik, seperti diabetes, lupus, Henoch Schoenlein purpura
- Riwayat menderita hipertensi.
Tentunya kualitas hidup anak dengan PGK lebih rendah dibandingkan dengan si kecil yang sehat dari berbagai segi. Selain itu, Moms & Dads dengan si kecil yang mengidap PGK akan selalu merasa cemas, lelah fisik, memiliki masalah finansial dan ketidakpastian prognosis.
Agar gangguan ginjal pada si kecil lebih cepat ditangani, kenali juga gejala-gejalanya, seperti:
- Edema atau pembengkakkan simetris di kaki karena urine tidak dikeluarkan sempurna
- Hematuria atau adanya darah pada urine. Pada tahap awal, hanya bisa dilihat di laboratorium.
- Leukosituaria sebagai tanda infeksi
- Terdapat protein pada urine atau proteinuria
- Oliguria atau bengkak sembab
- Hipertensi dengan kadar disesuaikan usia anak
- Gangguan pertumbuhan
- Pucat karena kadar Hb rendah
- Kelainan bentuk tulang karena kadar vitamin D rendah
- Sesak karena penumpukan cairan di paru, dan
- Demam berulang karena infeksi saluran kemih.
Kementerian Kesehatan mengajak Moms & Dads sekeluarga untuk menerapkan CERDIK dan PATUH sebagai pencegahan PGK, yang bukan kongenital. CERDIK adalah singkatan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin olahraga, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress. Sementara PATUH adalah Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tetap dan teratur, Tetap diet sehat gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik yang aman dan Hindari rokok, alkohol serta zat karsinogenik lainnya. Perlu juga ikut gerakan AMIR (Ayo Minum Air) untuk menjaga kesehatan ginjal, minimal 8 gelas sehari.