Metoda belajar sangat beragam, tak terbatasi ruang kelas dan guru di sekolah. Berguru di dunia maya saat ini sudah biasa. Tapi masih banyak yang tidak bisa memanfaatkannya atau merasa kesulitan mengakses karena kendala konektivitas dan kemampuan teknologi.
Merayakan Hari Guru Nasional, 25 November, Endless Indonesia, penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi, bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI), menggelar Diskusi Sesi BERBAGI (Bersama Bahas Pendidikan Bagi Negeri), pada 24 November, di Hotel Harris, fX Sudirman, Jakarta. Dengan topik Integrasi Teknologi untuk Kemajuan Pendidikan, diskusi yang dipandu Novita Angie ini menghadirkan wakil tiga komunitas pendidikan berbasis teknologi, yaitu Wilita Putrinda (Inibudi.org), Rizky Muhammad (Youth Manual), dan Sulasmo Sudharno, (Aksaramaya).
Moms & Dads mungkin sudah tidak asing dengan komunitas Inibudi.org. Ratusan video pembelajaran untuk anak sekolah bisa diakses lewat penyedia konten pendidikan ini. Wilita Putrinda dari Inibudi.org mengungkap, belajar lewat video menstimulasi multiple indera sehingga anak-anak bisa lebih menikmati dan menyerap informasi dengan lebih mudah.
“Saat ini kami fokus pada materi pembelajaran kelas 1 sampai 12 yang sesuai kurikulum inti. Tapi walaupun konten video pembelajaran ini bebas diakses siapa saja, kendalanya masih banyak sekolah di daerah yang tidak terhubung internet. Solusinya, sekolah bisa meminta video pada kami secara gratis dengan membawa hard disc atau flash disc,” tutur Wilita. Inibudi.org mengajak siapa saja untuk berbagi dalam program penyediaan flash disc untuk sekolah-sekolah di daerah dan para guru untuk memvideokan metoda pengajaran mereka.
Sulasmo Sudharno, CEO Aksaramaya dan pengembang iLibrary, menyadari metoda belajar saat ini tak perlu terpaku pada medium-medium klasik, seperti buku teks dan alat peraga. Melihat minat besar publik pada media sosial, Sulasmo pun mengembangkan perpustakaan digital berbasis media sosial.
“Saya menggagas Aksaramaya tujuh tahun lalu. Di Indonesia, media sosial menguasai, konten bertebaran tapi akses ke buku tidak ada. Perpustakaan digital perlu tampil di depan untuk memberikan konten yang baik,” ujar membuat aplikasi Moco ini. Sekarang iLibrary yang digagasnya sudah berkembang menjadi iPusnas, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Perpustakaan Nasional.
“Sudah ada 40 ribu judul buku yang bisa diakses dan hingga bulan Oktober lalu, sudah ada sekitar dua juta buku yang diunduh. Saat ini kami juga tengah mengembangkan perpustakaan mini digital offline dengan membawa beberapa tablet ke pelosok daerah,” tambahnya.
Mendukung kemudahan akses pendidikan di negeri kita, Endless Indonesia menyiapkan komputer Endless sebagai komputer edukasi, yang memiliki all-in-one solution. Sistem operasinya mudah digunakan, mirip menggunakan smartphone, ringkas dan tidak mahal, serta dilengkapi aplikasi untuk belajar dan bekerja, seperti aplikasi office, ensiklopedia offline, buku teks, video, hingga games edukasi untuk pembelajaran coding.
”Semua content-nya berkaitan dengan pendidikan. Bahkan ada konten aplikasi membuat game dalam game. Tanpa sambungan internet, dengan aplikasi yang ada, kita masih bisa mencari banyak informasi yang diperlukan saat belajar atau bekerja,” tutur Paul Soegianto, Country Manager Endless Indonesia. Ia menambahkan, laptop Endless akan mulai resmi dipasarkan Maret 2019 dengan harga terjangkau. Saat ini, Moms & Dads baru bisa mendapatkan paket bundling dengan brand-brand komputer lain.
Selain belajar banyak hal, tentunya si kecil juga perlu pengarahan untuk karier masa depan. Rizky Muhammad menggagas Youthmanual.com sebagai platform persiapan kuliah dan karier online berbasis data. “Banyak pengangguran terdidik hanya karena salah jurusan. Platform ini fokus pada peningkatan human capital. Sekarang baru bisa diterapkan pada anak SMA, nantinya kami ingin menerapkan untuk anak SMP juga,” ujar Rizky. Ia menambahkan, lewat aplikasi ini kita bahkan bisa mengenali potensi diri yang tak pernah kita sadari sebelumnya.