Moms & Dads punya lebih dari satu anak? Bersiaplah menghadapi sibling rivalry atau persaingan kakak adik. Persaingan kakak adik normal dalam setiap keluarga, tapi akan jadi masalah bila ada yang menjadi bully atau mendominasi saudara-saudaranya.
Terapis perilaku anak dari USA, James Lehman, MSW, mengungkap, intinya persaingan dan kecemburuan antara kakak adik itu normal, bagian dari kehidupan. Tanggung jawab Moms & Dads untuk membantu si kecil mengendalikan perasaan-perasaan yang muncul karenanya. Bila tidak, masalah ini akan terbawa hingga dewasa. Ia akan merasa diperlakukan tidak adil, mudah iri atau merasa menjadi korban terus.
Empat cara menghadapi sibling rivalry
- Kedua anak yang berantem perlu sama-sama bertanggung jawab atas perilaku mereka. Dalam banyak kasus, keduanya sama bersalah. Bisa jadi, satu anak mulai mengolok-olok atau memanggil dengan nama julukan dan akhirnya saling balas. Moms & Dads perlu membuat aturan, misalnya begitu ada yang berantem, keduanya harus masuk kamar dan tidur setengah jam lebih awal, tak peduli siapa yang memulai dan siapa yang salah.
- Membuat ‘meja berantem’. Bila kakak adik sangat sering berantem di rumah, James Lehman menyarankan untuk membuat ‘meja berantem.’ Caranya, buat jadwal setiap malam untuk mereka duduk bersama dan beradu mulut. Misalkan dari jam 07.00 sampai 07.30. Moms & Dads bakal kaget melihat adu mulut mereka lebih cepat reda dari biasanya. Ini karena mereka merasa konyol disuruh berantem di jam dan tempat yang ditentukan. Walaupun sudah tak ada lagi yang diributkan, tetaplah menahan mereka di sana sesuai jadwal. Katakan, bila mereka tidak lagi berantem di siang hari, mereka tak perlu duduk di ‘meja berantem’ di malam hari.
- Berhenti menjadi wasit. Tanpa disadari orangtua biasanya menjadi wasit saat kakak adik berantem. Berhentilah mencoba menentukan siapa benar siapa salah, selama situasinya tidak mengarah ke bullying. Jangan juga mencap satu anak sebagai biang keributan. Katakan pada mereka,”Tidak boleh berantem di rumah. Kalau masih saja berantem, kalian berdua harus menjalani konsekuensinya.” Konsekuensi dapat berupa pengurangan jam bermain atau hal-hal yang disukai si kecil berkaitan dengan alat elektronik, misalkan nonton TV dan main video games.
- Kurangi rasa iri. Sering ada rasa iri pada saudara yang tampak lebih unggul. Cobalah untuk tidak membesar-besarkannya dan tunjukkan pada si kecil yang merasa iri bahwa ia juga memiliki nilai positif. Sebutkan perbuatan positifnya dan tunjukkan apresiasi Moms & Dads. Misalkan katakan, ”Ya, wajar kok kalau kamu kadang iri. Kakak mungkin jago sepakbola, tapi Mama lihat kamu juga bisa mengerjakan PR matematika dengan baik kemarin. Mama tahu PR-nya susah.”