Hingga kini penyakit kardiovaskular masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi baik di negara kita maupun dunia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia atau PERKI pun konsisten mensosialisasikan dan meng-update berbagai hal yang berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Salah satunya dengan rutin menyelenggarakan Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association atau ASMIHA.
Konferensi tahunan ini tidak hanya dihadiri para dokter spesialis jantung, tetapi juga dari berbagai disiplin ilmu kedokteran dengan para pembicara dari banyak negara. ASMIHA kini memasuki tahun ke-26 dan digelar pada 20-23 April 2017 di The Ritz Carlton Hotel, Kuningan Jakarta, dengan tema “Pendekatan multidisipliner untuk penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) di semua tingkatan layanan kesehatan,” dan sub tema “Perkembangan teknologi dan layanan terkini pada penyakit jantung dan pembuluh darah lanjut.”
“Sejak berdirinya PERKI pada tahun 1957, perhimpunan ini tetap konsisten dalam mengatasi secara optimal masalah penyakit jantung dan pembuluh darah mulai dari fetal hingga geriatric,” ujar DR. Dr. Ismoyo Sunu, SpJP (K), FIHA, FAsCC, Ketua Umum PERKI.
Ketua Pelaksana ASMIHA ke-26, DR. Dr.Iwan Dakota, SpJP (K), MARS, FIHA menambahkan, “Tema ASMIHA kali ini dilatarbelakangi pentingnya pendekatan multidisipliner di semua tingkatan layanan kesehatan, baik pada layanan primer, sekunder dan tersier. Pembicara dalam ASMIHA pun bukan hanya ahli penyakit kardiovaskular, tetapi dari berbagai bidang spesialisasi kedokteran.”
Tahun ini peserta ASMIHA mendekati angka 2000 dari seluruh Indonesia dengan pembicara berasal dari berbagai negara. Beragam bahasan yang diangkat, antara lain acute cardiac practice, gagal jantung, prevensi kardiovaskular, hipertensi, sindrom kardio-metabolik, penelitian sel-punca dalam kardiovaskular, bedah, dan banyak lagi. Di sisi update perkembangan teknologi, PERKI berkolaborasi dengan Asian Pacific Society of Cardiology (APSC), American College of Cardiology (ACC), European Society of Cardiology (ESC), ASEAN Federation of Cardiology (AFC), Cardiac Society of Australia and New Zealand (CSANZ) dan the Japanese Circulation Society (JCS).
Dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FESC, FACC, FICA, Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah PERKI mengungkap, ”Di negara maju, prevalensi dan faktor risiko penyakit kardiovaskular menurun, tetapi di negara berkembang malah meningkat. Sayangnya negara berkembang memiliki anggaran kesehatan yang lebih sedikit dibandingkan negara maju.” Di negara kita sendiri berbagai faktor risiko memiliki angka kejadian cukup tinggi. Bahkan menurut data Riskesdas 2013, angka kematian akibat penyakit tidak menular, termasuk kardiovaskular, sekitar 60-65%.
Dr. Renan Sukmawan, ST, PhD, SpJP (K), MARS, FIHA, FACC, Ketua Komite Ilmiah ASMIHA ke-26 mengungkap, “Saat ini dunia berhadapan dengan meningkatnya populasi pasien dengan penyakit kardiovaskular yang semakin kompleks dan lanjut, imbas peningkatan survival dan angka harapan hidup. Dalam ASMIHA kali ini, kami akan mereview semua opsi yang tersedia untuk menangani kelompok-kelompok penyakit yang semakin kompleks itu.”
Selain untuk kemajuan pengetahuan para tenaga medis di semua tingkat, PERKI juga ingin mengajak publik untuk lebih peduli dan mampu melakukan tindakan pencegahan. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat dan mengetahui beragam faktor risiko. Ada beberapa faktor risiko yang bisa diubah atau dihindari, yaitu merokok, hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes, stress, diet lemak berkalori tinggi dan kurangnya aktivitas fisik.