Satu dari sepuluh pasangan usia reproduksi mengalami kesulitan hamil secara alami, Moms & Dads. Dengan teknologi yang semakin maju, proses bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) pun sangat umum dilakukan. Sampai saat ini, diperkirakan sudah ada sekitar 8 juta anak di dunia, yang lahir melalui IVF. Kesehatan mereka tak ada bedanya dengan anak yang lahir dari kehamilan alami.
Meskipun begitu, program bayi tabung belum cukup populer di negara kita. Kurangnya pemahaman, sistem rujukan medis dan mitos seputar terapi kesuburan atau fertilitas menjadi kendala. Merck dan Perhimpunan Fertilisasi In Vitro di Indonesia (PERFITRI) mensosialisasikan program bayi tabung ini, 30 Agustus 2018, di Jakarta Pusat, melalui edukasi media bertema Memahami Proses Bayi Tabung Sebagai Pilihan Terapi Masalah Kesuburan.
Dr. Ivan Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG, Sekretaris Jenderal PERFITRI menjelaskan, infertilitas atau ketidaksuburan bukan hanya masalah medis, tapi juga masalah sosial. “Infertilitas adalah sebuah permasalahan sistem reproduksi yang digambarkan dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual, minimal 2-3 kali seminggu secara teratur, tanpa menggunakan alat kontrasepsi,” tuturnya.
Keberhasilan mendapatkan anak dipengaruhi oleh kedua belah pihak, Moms dan Dads. Infertilitas pada Moms bisa berupa gangguan ovulasi, yang ditandai haid tidak teratur atau bahkan tidak haid, endometriosis, perlekatan organ panggul dan sumbatan pada saluran telur. Sedangkan pada Dads, masalah yang mempengaruhi bisa dari kualitas dan kuantitas sperma sangat rendah, merokok, olahraga yang salah dan stress.
Tak Perlu Ke Luar Negeri
IVF adalah salah satu terapi kesuburan yang telah terbukti dan teruji selama lebih dari 40 tahun, sejak lahirnya bayi tabung pertama, Louis Brown, pada 1978. Kini, teknologi IVF sudah berkembang pesat dan Indonesia diakui di dunia sebagai salah satu kontributor yang penting, tidak hanya dari jumlah populasi tetapi dari sisi ilmiah dan teknologi. Sayangnya, masih banyak pasien yang memilih melakukan program IVF di luar negeri, padahal standar layanan di Indonesia cukup tinggi dengan pengawasan yang ketat dari pemerintah dan PERFITRI/POGI.
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, Presiden PERFITRI mengatakan, “Di Indonesia, program IVF telah ada sejak tahun 1988 dan telah teruji keberhasilan dan keamanannya. Bahkan, Berdasarkan data dari PERFITRI REGISTRY 2017, program IVF memiliki tingkat keberhasilan yang mencapai 29%. Hal ini setara dengan data Internasional, yang rata-rata keberhasilan pregnancy rate sebesar 25-30%.”
Faktor usia Moms & Dads sangat mempengaruhi keberhasilan program bayi tabung. Semakin dini proses bayi tabung dilakukan, probabilitas memiliki keturunan akan semakin besar. Tingkat keberhasilan program bayi tabung dapat mencapai hingga 40% bila dilakukan di bawah usia 35 tahun. “Wanita yang lebih muda biasanya memiliki telur yang lebih sehat dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, dan akan semakin rentan di atas usia tersebut,” ujar Prof. Budi.
Saat ini tercatat ada 32 klinik fertilitas yang menawarkan terapi kesuburan melalui teknologi IVF di Indonesia. Klinik-klinik ini tersebar di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Magelang, Surakarta, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Makassar, dan Pontianak, serta berada dalam pengawasan Kementerian Kesehatan dan PERFITRI. Kemenkes pun telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 61 tahun 2014, tentang Kesehatan Reproduksi, dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 43 tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu, yang membantu perkembangan IVF di Indonesia dengan mempertimbangkan etis, moral dan agama.
Untuk menjangkau lebih banyak pasangan di Indonesia, Merck dan PERFITRI juga menyiapkan situs yang berisi informasi tentang infertilitas dan langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan anak. Moms & Dads dapat dengan mudah mengaksesnya di www. maupunyaanak.com.