Selain hipertiroid dan hipotiroid, gangguan tiroid juga dapat berupa kanker. Kanker tiroid, seperti kebanyakan jenis kanker lain, belum diketahui penyebabnya. Yang pasti, kanker ini bisa menyerang siapa saja dengan gejala yang kadang sulit terdeteksi.
“Kelenjar tiroid penting sekali untuk metabolisme tubuh kita. Ada dua macam kelainan yang bisa terjadi pada kelenjar tiroid. Pertama, yang berhubungan dengan fungsinya, yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Kedua, yang berhubungan dengan struktur anatomi, yaitu adanya benjolan,” jelas dr. Dante Saksono H., SpPD-KEMD, PhD dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
Kelainan berupa benjolan atau nodul bisa bersifat jinak maupun ganas atau kanker. Karena kelenjar tiroid berada di depan tulang leher bagian bawah, cara mendeteksinya cukup simple. Moms & Dads dapat melakukannya sendiri di rumah dengan menjalankan tiga langkah berikut:
- Raba leher bagian bawah sambil bercermin
- Telan ludah tanpa mengubah posisi tangan
- Rasakan apakah ada pergerakan dari bawah ke atas.
“Raba, telan dan rasakan ini lebih baik dilakukan saat baru bangun tidur,” saran dr. Dante, yang juga ketua Jakarta Endocrine Meeting atau JEM 2017, yang digelar Divisi Metabolik Endokrin FKUI-RSCM bersama Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta (PERKENI Jaya) di Hotel Shangri-la, Jakarta, 22-23 Juli.
Cara simple ini berhasil mendeteksi sekitar 3-7% pasien. Selain benjolan, Moms & Dads juga perlu mewaspadai beberapa gejala, seperti nyeri di daerah leher, sulit menelan dan bernafas, suara menjadi serak, berat badan turun tanpa diet, cepat lelah dan mengantuk, serta batuk tanpa pilek yang sering kita abaikan.
Cara deteksi yang lebih canggih sangat disarankan bila Moms & Dads memiliki banyak faktor risiko. Beberapa faktor risikonya adalah:
- Usia. Sekitar 2/3 kasus kanker tiroid ditemukan pada usia antara 20 sampai 50 tahun. Di atas usia 60 tahun lebih berisiko terkena kanker tiroid jenis anaplastik.
- Gender. Wanita lebih berisiko terkena kanker jenis ini dibanding pria dengan usia yang jauh lebih muda.
- Pola makan. Angka pasien kanker tiroid lebih tinggi di negara dengan makanan kurang yodium.
- Genetika dan riwayat keluarga.
- Paparan radiasi di usia lebih muda.
Bila memiliki banyak faktor risiko, sebaiknya Moms & Dads melakukan pemeriksaan USG leher, yang direkomendasikan semua dokter di dunia untuk deteksi dini. Pemeriksaan USG ini sangat mudah, tidak sakit dan tidak ada efek samping radiasi karena menggunakan frekuensi suara.
“Lewat USG, benjolan dapat diprediksi ganas atau tidak. Agar lebih akurat, dilakukan biopsy jarum halus untuk mengambil sedikit jaringan. Untuk kanker tiroid, biopsy sudah menjadi prosedur internasional dan tidak akan memicu penyebaran sel kanker seperti pada beberapa keganasan lain,” papar dr. Dante sehari sebelum JEM 2017, di Seminar Media dan Edukator, Sehatkah Tiroidmu?.
Penanganan kanker tiroid sendiri ada beberapa cara, salah satunya pembedahan. Artis Rachel Amanda termasuk penyintas kanker tiroid yang telah menjalani tiroidektomi atau pembedahan kelenjar tiroid total. Ia pertama kali didiagnosa hipertiroid sebelum ditemukan sel kanker dalam benjolan di lehernya.
“Aku sendiri awalnya tidak merasakan apa-apa. Mama yang pertama kali melihat benjolan di leherku,” cerita Amanda, yang didiagnosa di usia 19 tahun.
“Yang paling penting itu deteksi dini. Kalau misalnya ada yang aneh, benjolan di leher, periksa saja ke dokter sebelum cukup parah. Aku termasuk yang terdeteksi cukup cepat, jadi ketika tiroidektomi kelenjar belum nempel ke pita suara. Nggak perlu takut, nggak masalah harus dioperasi karena sudah ada obat pengganti hormonnya,” tambah mahasiswi Psikologi UI, yang kini bergabung dengan komunitas penyintas kanker tiroid, Pita Tosca, dan sibuk menyiapkan buku puisi Andai Kita ini.
[metaslider id=12409]