
Penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual, Herpes Genital, jarang menyebabkan kematian namun bersifat kronis, bahkan dapat bertahan seumur hidup karena belum bisa diobati permanen. Tentunya ini sangat mempengaruhi kualitas hidup penyandangnya, baik secara fisik maupun psikis.
Walaupun sudah dikenal lama dan WHO mencatat ada 417 juta orang di dunia mengalami Herpes Genital1, pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini masih sangat kurang. Ada dua tipe virus penyebabnya, yaitu Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 1 dan 2. Sesuai namanya, HSV tipe 1 menyebabkan Herpes Genital1 yang umum ditularkan melalui oral ke oral termasuk berciuman. Sedangkan tipe 2 melalui aktivitas seksual.
“Namun dengan semakin berkembangnya bentuk aktivitas seksual maka terkadang ditemukan HSV tipe 1 di area genital,” papar, Dr. dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K), M.Epid dalam Seminar Media tentang penyakit Herpes Genital, yang digelar Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia di Jakarta, 16 Mei.
“Perjalanan penyakit dimulai dengan lesi inisial primer, yaitu saat pertama kali terkena Herpes Genital, tubuh akan langsung menunjukkan gejalanya seperti sariawan, sakit dan dapat bernanah. Selanjutnya, lesi inisial non-primer yaitu saat pertama kali virus masuk, tubuh sudah terlebih dahulu membentuk antibodi sehingga virus tidak langsung terlihat atau menunjukkan gejala. Episode kambuhan, yaitu pada saat virus yang sudah ada dalam tubuh dan menunjukkan gejalanya saat antibodi menurun,” tambah dr. Wresti.
Di negara kita, data RSCM menunjukkan pasien penyakit ini rata-rata adalah orang dewasa muda, usia 20-40 tahun. Usia termuda pasien adalah 16 tahun, sedangkan usia tertua 64 tahun. Dr. Wresti mengungkap, 60 % pasien termasuk kasus herpes atypic atau tidak menunjukkan gejala khas sehingga harus dideteksi melalui pemeriksaan lab HSV dan PCR.
“Virus Herpes tidak dapat diobati secara permanen. Obat-obatan yang ada sekarang hanya untuk mengurangi kekambuhan penyakit ini. Herpes Genital bersifat periodik, kemunculannya akan bergantung dari daya tahan tubuh pasien. Bagi pasien dewasa, Herpes Genital tidak berbahaya ataupun menyebabkan kematian, namun bagi ibu hamil yang baru saja terkena virus HSV akan sangat berbahaya bagi bayinya,” lanjut Dr. Wresti.
Masyarakat dapat melakukan pencegahan dengan tidak berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual dan selalu menjaga kebersihan terutama pada area genital. Dr. Wresti menekankan pentingnya berkonsultasi ke dokter dan melakukan pengobatan saat menemukan gejala herpes seperti sariawan di area genital karena ini dapat mencegah terjadinya penularan.
Mengenai pengobatan Herpes Genital, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDV, CEO Klinik Pramudia mengatakan, ”Terapi Herpes Genital dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan waktu timbulnya penyakit, pada penderita HIV, ibu hamil serta bayi, serta terapi supresi pada penderita HSV yang sangat sering timbul. Diagnosa Utama adalah melalui penilaian secara klinis oleh seorang dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.“
Tingkat kekambuhan yang tinggi dapat menimbulkan beban psikologis dan finansial. Bila episode kekambuhan terjadi minimal 6 kali dalam setahun, maka penderita akan diberikan terapi supresi sebagai lanjutan sesudah terapi rekurensi (kekambuhan) selesai dijalani.
“Kami menghimbau agar masyarakat ‘tanggap’ terhadap Herpes Genital, dengan cara peduli dan mencari informasi yang benar tentang penyakit ini serta melakukan pencegahan dengan konsep ABC: Abstinance : Tidak Melakukan kontak seksual selain dengan pasangan, Be faithful : Hubungan monogami dan Condom: selalu digunakan saat melakukan hubungan seksual,” papar dr. Anthony.
