BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara JKN dinilai efektif dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat. Namun sebuah studi yang dilakukan para peneliti Indonesia menemukan, baru 25% saja anak-anak usia 0–4 tahun yang sudah didaftarkan di BPJS oleh orangtuanya.
Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, DrPH, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI mengungkap, studi yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran internasional The Lancet, 20 Desember 2018 tersebut menunjukkan bahwa Universal Health Coverage (UHC) di negara kita sudah berada pada jalur yang benar. Namun masih ada kesenjangan cakupan.
“Analisa kami menunjukkan adanya kesenjangan cakupan pada perawatan bayi baru lahir dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Padahal ini sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko penyakit kronis di masa mendatang. Dengan demikian, menjembatani kesenjangan cakupan merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam UHC,” tutur Prof. Endang.
Studi berjudul Universal Health Coverage di Indonesia: Konsep, Perkembangan, dan Tantangannya atau Universal Health Coverage (UHC) : Concept, Progress, Challenges and Its Global Implication, merupakan studi pertama, yang total ditulis dan dipimpin oleh tim peneliti Indonesia, yang berhasil diterbitkan The Lancet. Tim peneliti dengan berbagai latar belakang ilmu tersebut dipimpin oleh dr. Rina Agustina, MSc, PhD, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
“Studi ini menyoroti UHC di Indonesia yang berada pada jalur yang tepat. Namun, beberapa hal harus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan sistem. Investasi yang tepat pada perawatan kesehatan ibu, sanitasi, gaya hidup sehat dan asupan gizi yang berkualitas, serta olahraga sangat penting untuk menurunkan beban klaim yang tinggi di masa mendatang dan membantu menciptakan sistem yang berkelanjutan,” papar dr. Rina Agustina.
Para peneliti menemukan beberapa masalah terkait JKN. Salah satunya adalah adanya kelompok menengah yang hilang atau missing middle. Kelompok ini terdiri dari lapisan ekonomi menengah usia 20-35 tahun. Berdasarkan data yang ada, baru sekitar 52% saja yang mendaftarkan diri. Begitu juga dengan kelompok anak-anak usia 0-4 tahun, hanya sekitar 25% saja yang terdaftar.
Untuk masalah ini, tim peneliti mengusulkan percepatan kepesertaan dan pengumpulan iuran. Terutama untuk kelompok pekerja di sektor informal, yang termasuk kelompok missing middle dan ibu hamil serta anak-anak. Saat ini terdapat sekitar 56,4 juta orang yang belum masuk JKN. Studi melaporkan, pembayaran premi asuransi bukan penyebab utama mereka tidak mendaftar, namun lebih pada masalah ketersediaan layanan dan kurangnya pemahaman tentang asuransi.
Pihak The Lancet sendiri menilai Indonesia telah menciptakan skema UHC yang adaptif dan fleksibel untuk mengakomodir kondisi dan kebutuhan yang beragam. Studi menunjukkan, sejak dilaksanakan pada 2014, sistem JKN dan BPJS telah menjadi sistem asuransi dengan skema pembayar premi tunggal terbesar di dunia, yang menanggung lebih dari 203 juta orang. JKN mampu memperbaiki askes dan pemerataan pelayanan kesehatan, terutama pada kelompok kelas ekonomi bawah di wilayah pedesaan. Bagaimana dengan Moms & Dads? Sudah terdaftar bersama si kecil belum?