SALURI, perikSA LUpus sendiRI, bisa menjadi deteksi dini buat penyakit yang semula dianggap langka ini. Tentu Moms & Dads sudah pernah mendengar tentang lupus, sejenis penyakit autoimun yang angka pengidapnya semakin lama semakin banyak. Catatan WHO, odapus alias orang dengan lupus di dunia kini mencapai lima juta orang, dan ada lebih dari 100 ribu kasus baru setiap tahunnya.
Lupus adalah kondisi saat sistem imunitas kita kehilangan kemampuan untuk membedakan zat asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh bisa menyerang sel, jaringan dan organ tubuh yang sehat. Itu sebabnya ada banyak gejala yang timbul dan sering disangka gejala penyakit lain, membuat lupus sulit didiagnosa. Salah satu jenis lupus yang paling sering ditemui dengan gejala beragam adalah LES (Lupus Eritematosus Sistemik) alias penyakit seribu wajah, yang sebenarnya adalah penyakit inflamasi autoimun kronis.
Memperingati Hari Lupus Sedunia, 10 Mei, Moms & Dads diajak buat melakukan SALURI. Ada 11 gejala yang harus Moms & Dads perhatikan. Bila ada empat saja gejala yang terlihat pada Mom & Dads maupun anggota keluarga lain, sebaiknya segera cek ke dokter.
Berikut 11 gejala lupus:
- Demam lebih dari 38 derajat Celsius dengan sebab yang tidak jelas
- Rasa lelah dan lemah berlebihan
- Sensitif terhadap sinar matahari
- Rambut rontok
- Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang melintang dari hidung ke pipi
- Ruam kemerahan di kulit, bisa menonjol maupun tidak
- Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut
- Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari dua sendi dalam jangka waktu lama
- Ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin
- Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas panjang
- Kejang atau kelainan saraf lainnya.
Biasanya untuk menegakkan diagnosa, dokter akan menyarankan pemeriksaan laboratorium berikut:
- Anemia : penurunan kadar sel darah merah
- Leukositopenia : penurunan sel darah putih
- Trombositopenia : penurunan kadar pembekuan darah
- Hematuria dan proteinuria : darah dan protein pada pemeriksaan urin
- ANA (Anti Nuclea Antibody) dan atau Anti ds-DNA.
Bila didiagnosa positif LES, ini dia saran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI agar kualitas hidup odapus terjaga baik.
- Hindari aktivitas fisik berlebihan
- Hindari merokok
- Hindari perubahan cuaca karena memengaruhi proses inflamasi
- Hindari stres dan trauma fisik
- Diet khusus sesuai organ yang terkena
- Hindari paparan sinar matahari secara langsung, khususnya UV pada pukul 10.00 hingga 15.00
- Gunakan pakaian tertutup dan tabir surya minimal SPF 30PA++ 30 menit sebelum meninggalkan rumah
- Hindari paparan lampu UV
- Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen
- Kontrol secara teratur ke dokter
- Minum obat secara teratur
LES belum dapat disembuhkan. Obat yang diberikan tujuannya untuk mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, meningkatkan kesintasan hingga remisi jangka panjang atau tak perlu lagi mengonsumsi obat. Kenali juga faktor risikonya, Moms & Dads, walaupun sampai sekarang penyebab LES tidak diketahui.
Faktor Risiko LES
- Faktor genetik : diketahui sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga didiagnosis LES.
- Faktor lingkungan : infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari), penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, paparan kristal silica.
- Faktor hormonal : umumnya perempuan lebih sering terkena LES dibandingkan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetus penyakit LES.