Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah faktor risiko stroke yang paling besar, Moms & Dads. Menurut hasil studi berbasis rumah sakit, Indonesia Stroke Registry, yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) bersama Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Kemenkes RI, angkanya mencapai 77%.
Banyak orang yang tidak sadar mengidap hipertensi dan lebih sedikit lagi yang melakukan perawatan. Memperingati Hari Hipertensi Sedunia, 17 Mei, Philips Indonesia melanjutkan komitmen untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit tidak menular di Indonesia. Apalagi data Riskesdas 2013 mencatat 25,8% masyarakat Indonesia menderita hipertensi, namun hanya 1/3 yang terdiagnosa, dan 0,7% yang dikontrol dengan obat. Padahal stroke merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia, dengan angka kematian 19,79%, tertinggi di dunia.
“Tekanan darah yang tinggi akan merusak dinding arteri di seluruh tubuh, pembuluh darah yang rusak akibat hipertensi akan rentan tersumbat dan juga mudah pecah. Sehingga penderita penyakit tekanan darah tinggi akan memiliki risiko yang tinggi terserang stroke, baik stroke penyumbatan pembuluh darah (iskemik) atau stroke pecahnya pembuluh darah. Karenanya, sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah untuk menurunkan risiko stroke,” papar dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K), KIC, MARS.
Ia menambahkan, umumnya hipertensi tidak memiliki gejala yang khas sehingga banyak orang tidak menyadarinya. Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin juga sangat rendah. Sebagian besar masyarakat baru mengetahui mengidap hipertensi setelah terkena penyakit akibat hipertensi. “Untuk mencegah penyakit akibat hipertensi sangat diperlukan kesadaran akan pentingnya memeriksakan diri secara rutin sebagai deteksi dini,” ujarnya.
Untuk mencegah hipertensi atau mengendalikan tekanan darah, Dr. Mursyid menyarankan agar kita mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak konsumsi buah dan sayuran. Kita juga sebaiknya menjaga berat badan pada angka ideal dan berolahraga teratur. Bila sudah mengidap hipertensi, sebaiknya segera mendapatkan perawatan dan rajin memonitor tekanan darah.
“Masyarakat umumnya tidak menganggap penting tindakan pencegahan, terutama deteksi dini. Mereka hanya akan pergi ke fasilitas kesehatan ketika sudah jatuh sakit. Pola pikir seperti ini harus berubah. Kesadaran untuk hidup sehat memang sudah cukup baik, tetapi tidak demikian dengan deteksi dini,” komentar Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo.
Sejalan dengan komitmen Philips untuk memberikan perawatan berkualitas di seluruh rentang kesehatan (health continuum), Philips mendorong kehidupan serta gaya hidup yang sehat, termasuk kebiasaan makan yang baik sedini mungkin, sejak anak-anak. Peralatan dapur inovatif, seperti Airfryer, juicer, steamer food, hingga blender sangat mendukung Moms & Dads untuk menyiapkan makanan sehat keluarga dengan cara yang cepat dan praktis.
Philips juga memiliki solusi untuk pasien hipertensi, meski belum tersedia di Indonesia, yaitu Philips eCareCompanion. Ini adalah aplikasi telemedis yang mudah diakses pasien menggunakan tablet di rumah dan digunakan untuk membagikan informasi kesehatan dengan tim medis yang merawatnya. Pasien bisa memasukkan informasi data kesehatan dan mengirimkannya ke tim perawat untuk ditinjau. Pasien juga bisa menjawab pertanyaan survei, membalas email, menerima pengingat rencana perawatan mereka dan melakukan video call dengan penyedia layanan kesehatan mereka.
“Indonesia memang belum semaju Amerika Serikat ataupun negara-negara Eropa, tetapi kita pelan-pelan mengarah ke sana. Harapannya, jika sudah sampai pada titik itu, solusi telemedis dan software development bisa menjadi salah satu solusi untuk memperkuat jangkauan akses layanan kesehatan di negara ini,” tutup Suryo.